Pernah gak sih kamu dikepoin, iya, DIKEPOIN dengan pertanyaan, “Kapan nikah?” Atau pas datang ke kondangan, tiba-tiba ada yang deketin, terus bisikan kalimat yang makjleb, “Kapan nyusul? Jangan lama-lama lagi lah. Inget umur.”
Saya SERING bingitz. Udah kebal
malah. Hahaha ^^
Sempat sih baper. Saya pernah curhat di postingan ini : Tuhan Tidak Pelupa!
Apalagi ketika satu per satu sepupu mulai melangkahkan kaki bersama pasangan menuju altar gereja, mengikrarkan janji suci pernikahan di depan Tuhan. Rasanya itu nyeeeesss banget. Apa yang harus saya lakukan?
Apalagi ketika satu per satu sepupu mulai melangkahkan kaki bersama pasangan menuju altar gereja, mengikrarkan janji suci pernikahan di depan Tuhan. Rasanya itu nyeeeesss banget. Apa yang harus saya lakukan?
Nangis bombay?
Mengeluh?
Mengasihani diri?
Ya kali semua itu bisa merubah
keadaan. BIG NO! Karena apa yang terjadi dalam hidup ini semuanya atas kehendak
Sang Pemilik Kehidupan. Semua sudah disusun dengan SANGAT baik. Saya yakin,
Tuhan akan mempertemukan di waktu yang tepat. Gak terburu-buru. Gak juga
terlambat.
Menikah JANGAN karena tren atau
gengsi.
Menikah JANGAN karena terpaksa atau dipaksa.
Menikah BUKAN pertandingan, dimana seseorang yang lebih dahulu menikah dianggap lebih hebat.
Menikah BUKAN juga suatu prestasi
yang perlu dibangga-banggakan. Apalagi menjadi suatu bentuk kesombongan.
Tunggu …
Saya mengatakan ini bukan karena saya
memilih untuk gak menikah loh. Saya hanya gak pengin menjadikan pernikahan
sebagai beban. Toh, percuma saya mengeluh. Gak menyelesaikan masalah juga kan?
Nah, sambil menunggu seseorang
datang dan mengucapkan mantra romantis, “will you marry
me?” mending saya
memantaskan diri ajalah dulu. Bahasa kerennya, jadi high quality single gitcu. Iyes, supaya nantinya dapat pasangan yang high quality juga. Bener gak sih? *ngarep* BHAHAHA.
Jangan baper melulu. Rugi ah. Single juga berhak untuk hidup bahagia kok.
Kira-kira apa aja yang sih yang harus
disiapkan seorang high quality single sebelum menikah? Tema persiapan nikah ini, sudah dibahas lebih dulu oleh Mbak Faradila Danasworo Putri. Dan saya mencoba untuk membahas dari sudut pandang saya yang masih jomblo single, ya.
Sebelum mencintai seseorang yang
nantinya akan menemani kita menghabiskan sisa umur di dunia ini. Terlebih
dahulu kita harus belajar mencintai diri sendiri. Berdamai dengan diri sendiri.
Terima kekurangan yang ada dalam diri dengan gak menjadikannya sebagai beban. Sebaliknya,
gali potensi diri dan mengembangkannya agar hidup kita menjadi lebih bermakna. Oke,
jangan terlalu sibuk meratapi kekurangan sehingga lupa bahwa kita juga punya
sesuatu yang positif. Ketika bisa menerima dan mencintai diri kita apa adanya. Kita
pun tentunya akan lebih mudah untuk mencintai seseorang dengan tulus. Ibarat lem, ketulusan cinta yang akan mengikat erat hubungan pernikahan.
Sebuah pernikahan perlu didasari
komitmen yang kuat diantara kedua pihak. Dalam keadaan terburuk sekalipun, tetap sanggup mengatakan, “Iya, aku bertahan. Mari kita perbaiki.” Disanalah
bentuk komitmen pasangan suami dan istri untuk mempertahankan pernikahan mereka. Berdasarkan KBBI,
pengertian komitmen adalah perjanjian
(keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Untuk itulah perlunya belajar menjaga komitmen sebelum
menikah. Gini loh, pernikahan itu gak
selamanya 100% bahagia seperti yang diceritakan di dongeng-dongeng. Ada saja
permasalahan yang timbul dan jika gak siap, maka pernikahan hanya akan bertahan
seumur jagung.
Pernikahan itu mempersatukan dua
orang dengan segala perintilannya, paket super duper lengkap. Diantaranya sifat, karakter, kebiasaan, hobi
yang tentunya sangat berbeda satu dengan yang lain. Ketika masih single, ada “kebebasan” untuk melakukan
apa saja yang menurut kita benar. Namun
dengan menikah berarti seseorang siap jika sewaktu-waktu “kebebasannya”
direnggut oleh kepentingan yang menyangkut keluarga. Maka sebelum memutuskan untuk menikah, perlu belajar menahan ego. Sebab saat menikah nanti, seseorang
gak lagi memikirkan tentang AKU, tetapi KITA (suami dan istri). Dan untuk membuat keputusan apapun itu,
haruslah didasari kesepakatan bersama antara suami dan istri.
Menjadi tua itu pasti, sedangkan
menjadi dewasa adalah pilihan. Helooow kitty… kedewasaan seseorang bukan diukur
dari umur. Bener banget, gak ada kolerasi positif antara tingkat kedewasaan dan
bertambahnya umur. Setiap orang memiliki emosi. Namun yang membedakannya, orang
yang telah dewasa memiliki kemampuan mengendalikan emosi. Yes, ketika sudah
menikah nanti, dituntut kemampuan untuk selalu bersikap tenang dalam menghadapi
sebuah masalah. Gak ada istilah ngambek, marah berlebihan, baper. Jadi yakin
udah siap nikah? Belajar mengendalikan emosi
aja dulu, yuk!
Belajar mencintai diri sendiri.
Belajar menjaga komitmen. Belajar menahan ego. Belajar mengendalikan emosi.
Sebenarnya masih banyak lagi yang harus dipelajari sebelum akhirnya seseorang
memutuskan untuk menikah. Karena sejatinya pernikahan hanya sekali seumur
hidup. JANGAN sampai pernikahan gagal hanya karena “kesalahan” yang sebenarnya
bisa diminimalisir sebelumnya. Setuju kan?
Saya memang belum menikah (tetapi
jika tiba waktunya, pasti akan menikah ^^). Beberapa hal yang saya dituliskan
di atas merupakan sudut pandang saya. Ehm, tepatnya berasal dari obrolan, curhatan,
dan apa yang saya lihat. Maafkeun kalau menurut kalian (yang sudah menikah!)
apa yang saya tuliskan ternyata ada yang gak sesuai. Yah, nama juga lagi
belajar jadi high quality single. Hahahaha.
PS: Untuk high quality single di luar sana, saya tunggu mantra romantisnya,
ya *kedipin mata* Hazeeekz ^__^
Oiya tulisan ini lahir (ya kali bayi!) untuk menjawab tantangan CollaBlogging yang diadain Kumpulan EmakBlogger (KEB).
Oiya tulisan ini lahir (ya kali bayi!) untuk menjawab tantangan CollaBlogging yang diadain Kumpulan EmakBlogger (KEB).
Semoga bermanfaat untuk kawan-kawan
yang juga masih single. Happy
reading!
Salam,
~RP~
betul ini tipsnya, menikah itu bukan balapan, bukan hrs cepat, krn setiap orang berbeda jalan hidupnya
BalasHapusMakasih kak tipsnya..catet banget nih bagi kita para jomblo haha.
BalasHapusyes! memantaskan diri itu lebih baik. Kalau akhirnya berbuah pinangan itu adalah bonus dari apa yang sudah kita tanam. Kalau saya liatnya kenapa kadang ada ke baperan dengan pertanyaan2 diatas? Karena seseorang itu belum mengenal secara personal.Siapa dirinya.
BalasHapuskalau aku sih seringnya ditanya kapan mantu???? disenyumin saja
BalasHapusSukaaak baca ini :) .. Iyalah, drpd mikirin kenapa single tra jd bapwr berlarut2 , mending kita upgrade diri kita sendiri ya mba. Toh kebahagian itu bukan lahir dari pernikahan semata. Ga usah tertekan dengan omongan orang, toh yg akan menikah kita, yg menjalani kita, dan orang2 itu blm tentu mau bantu kalo ternyata ada kenapa2.
BalasHapusAku sendiri msh punya bbrp temen yg blm nikah hingga sekarang. Di satu sisi aku jg pgn dia bisa menikah nanti, tapi di sisi lain aku jg happy krn dia yg slalu jd travelmate ku tiap kali jalan :) .. Secara masih single, dia lbh bebas dan ga terikat.
nyess banget mbak bacanya.. aku juga sering digituin mbak. Tapi percaya aja sih, ketika kita memantaskan diri, Tuhan juga pasti memberikan jodoh yang pantas di waktu yang tepat :)
BalasHapusBelajar mencintai diri sendiri itu gak gampang, termasuk saya. Nggak mudah menerima diri tanpa membandingkan dengan orang lain. Good article :)
BalasHapusBelajar menahan ego dan emosi akan terus menerus menjadi pelajaran berharga nih :)
BalasHapus