Masih Adakah Budaya Antri di Negeriku? Satu
pertanyaan yang selalu terngiang-ngiang dalam pikiran saya. Kejadian-kejadian
yang saya alami beberapa hari ini mendorong saya untuk curhat di blog menuangkannya
dalam bentuk tulisan. Maka jadilah postingan ini. Menurut pengalaman saya, sepertinya
budaya antri sudah semakin jauuuh dari kehidupan sehari-hari sebagian masyakarat
Indonesia. Sebagian, artinya gak semua yaaak. Masih ada kok penganut setia
budaya antri. Iya. Ada saya, kamu, kamu, dan kamu. Ya kaaaaan? ^^
Ceritanya, beberapa hari yang lalu, saya hendak
mengisi bahan bakar motor di sebuah SPBU dekat rumah. Saya sudah mengantri di
jalur khusus kendaraan roda dua. Awalnya antrian berjalan dengan normal. Dan tibalah
giliran saya. Namun ketika saya sedang mendorong motor untuk maju, secara tiba-tiba
muncul seorang bapak yang gak tau dari mana datangnya menyerobot masuk barisan.
Eh, tanpa rasa bersalah, bapak itu tetap berada di depan meski saya mengatakan,
“Pak, tolong antri dong”. Si bapak tetap cuek atau mungkin memang gak dengar
suara saya yang dikalahkan suara kendaraan-kendaraan yang ramai berlalu lalang.
“Ya, sudahlah, mungkin bapak itu buru-buru”, kata saya dalam hati. Yang muda yang
mengalah *elus dada* ^_^
Di lain kesempatan, saya pergi ke sebuah tempat
layanan publik untuk mengurus sesuatu. Ketika saya masuk, dari 2 loket yang
tersedia, keduanya sudah ada orang yang sedang dilayani. Saya pun menuju kursi
tunggu (gak tersedia nomor antrian), duduk sambil menunggu giliran tiba. Selang
beberapa menit, masuk seorang ibu yang tiba-tiba langsung menuju loket dan berdiri
di sana. Tak lama kemudian orang yang di depan saya sudah selesai dengan
urusannya. Saya pun berdiri karena merasa sekarang giliran saya. Tapi betapa
kecewanya saya, si ibu yang nyelonong itu justru duluan dilayani padahal
petugasnya tadi sempat melihat ketika saya masuk. Harusnya petugas tersebut
bisa bersikap adil. Siapa yang duluan datang, duluan dilayani. Etapi kali ini
saya memilih diam aja deh. Serem liat tampang si ibu yang super jutek. BHAHAHA.
Gak mau diserobot lagi, saya pun ikutan berdiri di samping si ibu tadi. Mungkin
begitu caranya antri di tempat ini ^^
Memang ada baiknya di tempat-tempat layanan
umum seperti bank, pegadaian, loket pembayaran PLN atau yang lainnya, diberikan
nomor antrian supaya gak ada kejadian main serobot. Mau ini itu jadinya lebih
tertib dan nyaman. Setujuuuuu???
Kejadian yang saya ceritakan ini, hanya
sebagian contoh yang masih segar dalam ingatan saya. Masih banyak kejadian
lain. Tau gak sih, sebenarnya mengantri merupakan hal sederhana dan gak sulit
untuk dilakukan kok. Namun kenyataannya justru banyak orang yang “malas” untuk
mengantri. Buru-buru, adalah alasan paling klasik kenapa orang enggan untuk
mengantri. Gini loh, idealnya jika seseorang pingin lebih dulu dilayani, maka
datanglah lebih awal. Bukannya datang belakangan tetapi pingin dilayani duluan.
Saya terkadang merasa “iri” kepada negara-negara
lain, terutama Jepang yang memiliki tingkat kedisiplinannya yang sangat tinggi.
Enak, segala sesuatu bisa berjalan dengan tertib dan teratur. Bukan, bukan saya
gak sayang dengan bangsa sendiri. Justru saya merasa miris dengan keadaan ini.
Ke mana perginya budaya antri yang selama ini telah ditanamkan sejak di bangku
Sekolah Dasar atau bahkan ketika di Taman Kanak – Kanak dulu? Saya masih ingat,
saya dan teman-teman harus berbaris rapi terlebih dahulu sebelum masuk kelas. Dan
seingat saya, itulah pertama kalinya saya diajarkan mengenai budaya mengantri yang
tentunya itu akan menjadi bekal dalam sepanjang hidup saya. Iya, budaya antri
akan selalu hadir dalam kegiatan keseharian kita. Contoh sederhana aja,
membayar belanjaan di kasir atau saat pingin menggunakan toilet umum.
Apakah setelah kita dewasa, budaya
mengantri justru semakin terkikis? Apakah budaya antri hanya diajarkan kepada
anak tanpa ada kesadaran dari orang tua untuk memberi contoh tindakan nyata.
Percuma menasehati anak hingga berbusa-busa tetapi orang tuanya saja malas
untuk mengantri.
Coba bayangkan, betapa kacau balau negeri ini
jika warganya bertindak semaunya sendiri. Gak ada salahnya untuk menanamkan
budaya antri mulai dari diri sendiri. Perubahan hanya bisa terjadi jika
masing-masing individu mempunyai kesadaran dan mau untuk berubah. Hei, disiplin
itu gaya hidup, gak hanya sekedar kepatuhan pada aturan semata. #AntriYuk untuk
Indonesia lebih baik ^O^
Bebek aja bisa antri, masa kamu gak?
*kedipin mata, ting!*
Salam,
~RP~
aku jg ngerasa ngenes mba ama disiplin orang2 kita ini :(... gimana sih ngajarinnya biar bisa sadar yaa... anakku aku tekanin bgt budaya antri itu. terserah deh dia telat tau ttg membaca, berhitung menulis... tapi di umur 3 thn aku udh ajarin ttg pentingnya antri sama dia... kemarin pas kita di jepang, aku tunjukin juga gmn anak2 jepang itu mengantri saat masuk ke museum, belanja, bayar barang ato apapun... dari situ aku pgn anakku tau, budaya antri di negara2 maju itu seperti apa... :) ..jgn sampe dia tumbuh jd anak yg ga tau aturan ttg antri :)
BalasHapusSepele sih ya, mbak. Tapi kalo orang2 pada serobot sana serobot sini yang ada kacau balau. Di jalan raya misalnya.
HapusBudaya antri susah diterapin mungkin karena salah nerjemahin kalimat "orang muda harus hormati orang yang lebih tua". Ngerasa usianya lebih tua, jadinya apa2 pingin duluan. Beda ya kalo usianya udah renta. Itu emang wajib kita dahuluin lah.
Bersyukur ponakanku yang umur 7 tahun udah "pinter" ngantri. Malah dia pernah ngingetin aku untuk ngantri waktu beli makan di sebuah food court #ProudOfYouEnold.*kok jadi panjang gini ceritanya* 😂😂😂