Perbedaan bahasa antar daerah memang sering menimbulkan
kelucuan dan kebingungan. Terutama bagi kaum pendatang. Yups. Sudah memasuki hari ke dua puluh satu (ya kali
diitungin ^^), saya tinggal di Aek Kanopan, sebuah kota di Sumatera Utara. Saya
pun mengalami beberapa kejadian-kejadian lucu karena adanya perbedaan bahasa
tersebut. Ketika saya tinggal di Lampung, bahasa sehari-hari yang digunakan
adalah bahasa Indonesia yang umum kita gunakan.
Bagaimana dengan di Sumatera Utara?
Bersiap-siaplah untuk takjub jika kamu berkunjung ke Sumatera Utara. Kenapa? Karena
ada sedikit perbedaan bahasa yang (akan) membuat kamu geli sendiri. Apa sajakah perbedaan bahasa itu?
Satu,
motor disebut kreta.
Pada suatu siang, saya ingin memindahkan motor
mbak tukang cuci yang parkir di depan rumah. Motornya menghalangi mobil yang
hendak lewat. Dan ketika saya mengatakan, “kak, pinjam kunci motornya.” Eh, si
mbak kebingungan. Saya segera meralat “pinjam kunci kreta”. Barulah si mbak ngeh dengan apa yang saya maksud.
Oiya selain kreta, ada juga sebagian orang
yang menyebut motor dengan sebutan Honda. Padahal kan itu salah satu merek
motor. Mungkin saking terkenalnya merek motor tersebut bagi warga Sumatera
Utara. Ya, sama saja ketika kita akan membeli air minuman kemasan. Kita menyebut
aqua, si penjual terkadang justru memberi merek lain. Hahaha. Ada ada saja, ya ^0^
Dua,
motor adalah kendaraan roda 4 a.k.a mobil.
Nah, sekarang tidak bingung lagi, kan?
Kalau ada yang menyebut motor, maksudnya adalah mobil. Bukan kendaraan roda dua,
loh ya.
Tiga,
semalam artinya kemarin.
A: Di
mana kamu simpan buku yang aku kasih semalam?
B: Buku? Semalam? (Pasang wajah bingung. Semalam tidak merasa
menerima sesuatu dari si A).
A: Itu
loh, buku yang kemarin (Sadar kalau ada kesalahan).
B: Oh
(akhirnya nyambung juga).
Empat,
kalau belanja di pajak.
A: Mau
ke mana, kak? (kakak bawa keranjang belanja).
B: Ke
pajak.
A: Ih,
aku tanya serius loh.
B: Pajak itu pasar tradisional. Sama kayak pasar-pasar
umumnya yang jualan sayur, ikan dan kebutuhan lainnya. Kalo orang-orang sini biasa
menyebutnya pajak.
A: Oh.
Lima,
kendaraan ramai berlalu lalang di pasar.
Opung: Santi, liat adeknya. Jangan sampe maen ke pasar.
Nanti ketabrak kreta.
Santi: Kan rumah
kita jauh dari pasar, Pung. Lagian sejak aku sampe, belum liat ada rel di sekitar sini.
Opung: Kalo di sini, jalan itu dibilang pasar. Kreta
itu motor.
Santi: Oh gitu
ya, Pung.
Bisa jadi kamu juga akan mengalaminya. Ada
kemungkinan ini baru sebagian saja, masih banyak perbedaan bahasa yang lain. Karena
apa yang saya tulis ini, adalah yang pengalaman yang pernah saya alami. Yuk,
kita ingat-ingat. Tidak seru kan kalau sudah ngobrol panjang lebar, tetapi
tidak nyambung karena perbedaan persepsi.
Oke. Kalau suatu saat kamu berkunjung ke
Sumatera Utara, siap-siap untuk menyesuaikan ya dengan bahasa masyarakat
setempat.
Salam,
~RP~
Catatan:
Opung merupakan sebutan untuk orang tua
dari ayah atau ibu kita. Opung doli untuk kakek. Opung boru untuk nenek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)