Gelar sarjana bukan satu-satunya sayap yang bisa membawamu menjelajah negeri - Asma Nadia -
Hai…
ketemu lagi! Hohoho. Kayak sudah lama tidak ketemu ya ^^
Oya,
mulai September ini, saya ingin berbagi cerita tentang sahabat-sahabat yang
saya kagumi dan menginsipirasi. Saya akan posting setiap tanggal 2 setiap
bulannya. Saya beri nama Seru NgObrol Bareng SahabAT atau disingkat SOBAT.
Harapannya kawan-kawan yang membaca bisa terinspirasi juga. Semoga saya bisa
konsisten, ya ^_^
Nah,
untuk postingan perdana ini, saya akan memperkenalkan seorang wonder woman. Hobinya berpetualang dengan
motor. Dan hebatnya, dilakukan sendiri a.k.a female solo rider. Kereeeen, kan? Kayaknya sudah pada penasaran.
Meluncuuur! Brmmmm…
Tangguh,
energik dan mandiri. Kesan itu yang saya tangkap ketika melihat sosok #SOBAT ini.
Kami
pertama kali dipertemukan di sebuah komunitas menulis online, One Day One Post
(ODOP). Dia mencuri perhatian saya. Utamanya lewat foto-foto yang di unggah
melalui media sosial Facebook. Foto-foto kisah perjalanannya ke berbagai tempat
hanya dengan mengendarai sepeda motor membuat saya kagum dan ingin mengenalnya
lebih dekat. Dia adalah mbak Erni Purwitosari, biasa disapa mbak Denik.
SEJAK
KECIL MENYUKAI PETUALANGAN
Kesukaan
mbak Denik berpetualang dimulai sejak masih di bangku SD. Dulu suka keliling
perkampungan dengan mengendarai sepeda. Mbak Denik begitu gembira jika
menemukan jalan dan bertemu orang-orang baru di sepanjang penjelajahannya.
Pengalaman tersebut diceritakan pada ibu dan teman-temannya. Lalu mbak Denik
bersama teman-teman beramai-ramai menyusuri jalan baru hasil penemuannya itu.
Ketika
SMP, mbak Denik semakin tertarik untuk berpetualang. Terutama sejak membaca
buku Trio Detektif, Lima Sekawan dan pasukan Mau Tahu. Jiwa petualang merasa
terpanggil untuk melakukan petualangan-petualangan seru seperti yang dibaca
dari buku-buku tersebut. Tetap dengan sepeda namun jarak tempuhnya semakin jauh
dan dilakukan seorang sendiri. Kenapa? Karena teman-teman yang mulai beranjak
abege justru lebih memilih jalan-jalan di mall dari pada bersepeda menyusuri
tempat-tempat baru. Kala itu, Mbak Denik yang tinggal di Tangerang, bersepeda
menuju Jakarta, tujuannya mengunjungi taman dan perpustakaan.
Memasuki
usia abege, mbak Denik tidak hanya suka berpetualang. Buku dan majalah juga
menarik perhatiannya, terutama yang berhubungan dengan petualangan dan sejarah.
Saat bacaan Lupus sedang populer, Mbak Denik lebih memilih membaca dan
mengoleksi buku Balada Si Roy. Dalam hatinya tertanam sebuah keinginan agar
kelak bisa bertemu Gol A Gong, sang penulis buku favoritnya itu. Mbak Denik
begitu mengagumi sosok Gol A Gong. Dibalik kekurangan fisik, Gol A Gong tetap
memiliki semangat luar biasa yang akhirnya bisa mengantarkan dirinya keliling
Indonesia. Dan waktu pun mempertemukan mereka. Jiwa petualangan mbak Denik pun semakin
bergejolak.
Balada Si Roy, salah satu buku karya Gol A Gong yang mendorong mbak Denik untuk melakukan petualangan ke berbagai tempat. |
Mbak Denik bersama Asma Nadia, salah satu penulis favoritnya. |
RESTU
IBU
Petualangan
yang sesungguhnya pun dimulai. Atas restu ibu, Mbak Denik mulai memberanikan
diri untuk melakukan perjalanan-perjalanan jauh. Baginya restu ibu merupakan
kunci utama keberanian dan kekuatannya. Doa sang ibu yang senantiasa
mendampinginya selama melakukan perjalanan ke berbagai tempat. Kenapa ibu
berani melepas putrinya bepergian seorang diri? Karena beliau percaya. Dan mbak
Denik selalu berusaha menjaga kepercayaan itu.
Ternyata
ibu mbak Denik juga senang berpetualang. Ada kemungkinan jiwa petualang yang
dimiliki mbak Denik diwariskan dari sang ibu. Beliau bahkan sangat mendukung
keinginan mbak Denik. Ada satu kalimat beliau yang selalu terngiang sampai saat
ini, “Pergilah! Mumpung masih sendiri.
Kelak jika sudah berkeluarga belum tentu bisa. Datangilah tempat-tempat yang
kamu inginkan. Jika tidak sekarang, kapan lagi? Nanti malah tidak tahu
mana-mana. Yang penting jangan lupa berdoa!" Ya, ibu mempunyai peranan
penting dalam setiap petualangan-petualangannya. Beliau menjadi penyemangat
untuk mewujudkan impian-impian mbak Denik selama ini.
Berfoto saat dalam perjalanan ke Cirebon. |
DITEMANI
MOTOR
Petualangan
yang awalnya dengan sepeda, di tahun 2008 pun beralih ke motor. Sabtu dan
Minggu waktu yang tepat untuk menjelajah. Dari yang tadinya hanya sekitar
Jakarta, perlahan memberanikan diri untuk ke tempat yang lebih jauh, seperti
Puncak, Bandung, Serang, Banten, Anyer dan menyeberang ke Lampung! Wuih,
kereeeen.
Tahun
2014, mbak Denik lagi-lagi mendapat restu ibu untuk melakukan perjalanan menuju
Jawa Tengah. Mengunjungi saudara ibu. Perjalanan berjalan sukses. Lancar tanpa
halangan berarti. Ya, berkat restu dan doa ibu, mbak Denik tidak merasa takut
menghadapi apa pun sepanjang perjalanannya.
TEMPAT
FAVORIT
Menurut
mbak Denik semua tempat yang dikunjungi memberi kesan mendalam. Namun dari
sekian banyak tempat itu, ada dua tempat yang terasa begitu istimewa. Mojokerto
dan Wonosobo. Alasannya karena dirinya sudah lama memendam keinginan untuk
menjejakkan kaki di Mojokerto, bumi Majapahit. Di Wonosobo, mbak Denik
menjumpai pegunungan Dieng yang membuatnya takjub dan kagum. Dan dirinya
sendiri hampir tidak percaya bisa motoran ke tempat-tempat itu.
SAMPAI
JUGA KE SURABAYA
Tahun
2016 ini, mencatat sejarah penting dalam perjalanan hidup mbak Denik. Untuk
mengisi libur Lebaran yang masih panjang, mbak Denik menjelajah Surabaya dengan
mengendarai motor dan tetap seorang diri. Bayangkan betapa jauhnya jarak tempuh
yang dilaluinya dari Jakarta menuju Surabaya. Proud of you, mbak. Dibalik
pencapaian luar biasa itu, terselip sedikit kesedihan. Ibu telah tiada,
sehingga tidak bisa menyaksikan bagaimana putrinya berpetualang seorang
diri menaklukkan segala rintangan dan berhasil menyelesaikan misi dengan
sukses.
Dari
obrolan dengan mbak Denik, saya mendapat pembelajaran bahwa kekurangan yang ada
dalam diri bukan alasan bagi kita untuk mengubur mimpi. Setiap orang
berhak untuk bermimpi. Tinggal bagaimana cara kita berjuang untuk meraihnya. Seperti
mbak Denik, meski banyak orang mengganggap perempuan sebagai sosok lemah, mudah
termehek-mehek. Tetapi ia bisa membuktikan bahwa perempuan juga bisa mandiri
dan kuat.
Fisik boleh saja cacat. Asal jangan jiwa ini - Gol A Gong -Ssst… walau motoran, mbak Denik tidak meninggalkan identitas seorang perempuan Indonesia. Tetap berkebaya. Makin salut dengan #Sobat yang satu ini.
Hobi berpetualang tidak menghalangi mbak Denik untuk melestarikan kebaya. |
Sukses
selalu mbak Denik ^_^
Salam
Petualang,
~RP~
Sumber info dan foto:
Erni Purwitosari
Sumber info dan foto:
Erni Purwitosari
Wow...jadi terharu. Terima kasih atas apresiasinya. Semoga menginspirasi.
BalasHapusSama2, mbak :)
HapusSemoga saya punya kesempatan untuk ikutan berpetualang bareng mbak Denik.
Iya hebat Mb Denik...berpetualang naik motor..
BalasHapusIya hebat Mb Denik...berpetualang naik motor..
BalasHapuswah perlu fisik yg kuat ya
BalasHapus