Beberapa
waktu lalu, saya sedang merapikan koleksi buku-buku di kamar. Saya menemukan
sebuah buku bersampul putih yang mulai tampak kekuningan. Dan pada halaman
pertama bertuliskan tanggal pembelian, 24 Maret 2004. Hei, itu artinya buku ini
udah berusia 12 tahun, lho. Penasaran buku apakah itu? Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela, karya Tetsuko Kuroyanagi. Buku ini
dituliskan untuk mengenang Sosaku Kobayashi, seorang kepala sekolah yang
memiliki kecintaan yang begitu tinggi pada dunia pendidikan dan anak.
Saya
jadi teringat sesuatu. Buku ini saya beli atas saran dari salah seorang dosen. Buku
ini sekaligus menjadi buku pendukung dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Sebenarnya tidak diwajibkan untuk membeli. Diperbolehkan untuk meminjam di
perpustakaan kampus. Tapi karena menurut saya isi buku ini sangat bagus. So, wajib untuk dimiliki.
Oh
iya, buku ini tidak hanya baik dibaca oleh para guru, tetapi juga para orang
tua. Dalam buku ini juga diceritakan bagaimana peran orang tua dalam
mendampingi tumbuh kembang anak-anak.
Buku
ini merupakan buku terjemahan. Namun karena bahasa yang digunakan ringan
sehingga saya tetap bisa mengikuti jalan cerita dengan baik. Tidak terkesan
kaku seperti buku terjemahan pada umumnya.
Sepertinya
udah pada tidak sabar ingin kenalan dengan Totto-chan? Yuhuuu mari kita mulai
penjelajahan …
Judul buku :
Totto-chan Gadis Cilik di Jendela
Penulis :
Tetsuko Kuroyanagi
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-2202-34-2
Kategori : Autobiografi
Mari menjelajah…
Sungguh aneh, baru kelas satu SD sudah dikeluarkan dari sekolah. (Totto-chan, hal. 12)
Tetsuko, gadis cilik berusia tujuh
tahun. Semua orang menyapanya Tetsuko-chan (chan
adalah bentuk sapaan akrab yang biasanya ditambahkan setelah nama orang). Tapi bagi
si gadis cilik, nama itu tidak terdengar seperti Tetsuko-chan. Jadi setiap kali
seseorang bertanya siapa namanya, ia akan menjawab “Totto-chan”. Ia mengira chan adalah bagian dari namanya. Totto-chan
begitu suka berdiri di depan jendela selama pelajaran berlangsung. Semua itu
dilakukannya karena rasa ingin tahunya yang begitu besar. Dan suatu hari,
tiba-tiba gadis cilik itu memanggil pemusik jalanan yang melewati sekolah. Dan
rombongan pemusik, yang biasanya melewati sekolah tanpa suara, hari itu mereka memainkan
musik keras-keras di depan murid-murid. Sesuatu yang membuat Totto-chan senang
tapi bagi ibu gurunya menjengkelkan. Guru yang itu, hanya bisa menunggu dengan
sabar sampai kegaduhan selesai.
“Putri Anda mengacaukan kelas saya. Saya
terpaksa meminta Anda memindahkannya ke sekolah lain. Kesabaran saya
benar-benar telah habis,” keluh ibu guru Totto-chan. “Saya bukan satu-satunya
guru yang kesal. Guru di kelas sebelah juga merasa terganggu,” guru muda itu
mendesah. Mama Totto-chan kaget sekali mendengar penjelasan tersebut.
Mama tidak memberitahu Totto-chan bahwa
dirinya dikeluarkan dari sekolah. Ya, karena Totto-chan belum mengerti mengapa
ia dianggap telah berbuat salah. Mama memutuskan akan memberitahu jika gadis
cilik itu telah tumbuh dewasa.
Setelah mencari ke mana-mana, akhirnya
mama menemukan sekolah Tomoe Gakuen. Sebuah sekolah yang begitu unik. Untuk
ruang kelas, sekolah itu menggunakan gerbong kereta api yang sudah tidak
terpakai lagi. Dan di sekolah itu, Totto-chan bertemu dengan Kepala Sekolah
Sosaku Kobayashi. Mr. Kobayashi mendirikan sekolah itu dengan tujuan membantu
anak-anak didiknya untuk tumbuh dan berkembang secara seimbang antara tubuh dan
pikiran. Anak-anak diharapkan mampu mengembangkan kepribadian mereka secara
alamiah, tanpa terlalu dipengaruhi orang dewasa.
Sistem pendidikan yang diterapkan Mr.
Kobayashi sungguh unik. Di Tomoe Gakuen, para murid boleh mengerjakan pelajaran
sesuai urutan yang mereka sukai. Setiap murid diberi kebebasan untuk memilih
pelajaran apa yang terlebih dahulu dilakukan. Ada yang memulai hari dengan
belajar fisika, ada yang mendahulukan menggambar, ada yang ingin belajar bahasa
dulu, pokoknya sesuka mereka mereka. Metode pengajaran ini membuat para guru
bisa mengamati bidang apa yang diminati anak-anak, termasuk cara berpikir dan
karakter mereka. Tentu ini menjadi cara ideal bagi para guru untuk benar-benar
mengenal murid-murid secara personal.
Sekolah Tomoe Gakuen selalu punya hal
menarik. Demikian pula dalam hal makan. Kepala Sekolah meminta para orang tua
untuk mengisi bekal makan siang putra putri mereka dengan “sesuatu dari laut
dan sesuatu dari dari pegunungan.” Kepala Sekolah menggunakan ungkapan itu
untuk menggambarkan makanan yang seimbang. “Sesuatu dari laut” artinya makanan
dari laut, seperti udang dan berbagai jenis ikan. Sementara “sesuatu dari
pegunungan” berarti makanan dari daratan, seperti sayur dan berbagai jenis
daging. Acara makan siang menjadi sangat menyenangkan terutama bagi Totto-chan.
Selain itu, Kepala Sekolah selalu
meminta para orang tua agar anak-anak mereka mengenakan pakaian paling
usang untuk bersekolah. Alasannya agar
anak dapat bebas bermain sepuasnya tanpa perlu merasa takut pakaian mereka
kotor kena lumpur atau robek.
Di sekolah dasar biasa, guru yang akan
mengajarkan sesuatu kepada murid-murid harus mempunyai ijazah. Tetapi Mr.
Kobayashi tidak peduli pada hal-hal formal seperti itu. Menurutnya, lebih baik
anak-anak belajar sesuatu dengan langsung mengerjakannya. Suatu hari, Kepala
Sekolah memperkenalkan seorang guru baru. Namun guru baru itu tidak terlihat
seperti guru pada umumnya. Pria itu mengenakan kemeja lengan pendek, berkalung
handuk, tidak mengenakan sepatu dan di kepalanya bertengger topi jerami yang
sudah usang. Ya, pria itu hanya petani! Kepala Sekolah yang memintanya untuk
mengajarkan pada anak-anak cara bercocok tanam di ladang. Totto-chan bersama
teman-temannya belajar memahami keajaiban ketika mengamati bagaimana benih yang
mereka tanam sendiri tumbuh menjadi tunas.
Keseruan-keseruan apa lagi yang ditemui
Totto-chan di Sekolah Tomoe Gakuen? Dari pada semakin penasaran, segera masukin buku Totto-chan dalam book wishlist kamu, ya.
Kalimat
favorit…
“…
jangan pernah membeda-bedakan orang lain.” (Totto-chan, hal. 154)
“… bacalah sebanyak-banyaknya.” (Totto-chan, hal. 163)
“…
anak bisa belajar dengan mudah jika minat mereka sudah ditumbuhkan.”
(Totto-chan, hal. 182)
Pesan…
Saya
begitu kagum dengan cara Kepala Sekolah mendidik anak-anak di Sekolah Tomoe
Gakuen. Mr. Kobayashi merupakan sosok pendidik yang memiliki kecintaan luar
biasa kepada anak-anak. Kepala sekolah selalu bisa menyajikan sistem pembelajaran
yang menyenangkan. Sehingga membuat anak-anak selalu bersemangat untuk datang
ke sekolah.
Buku
ini mengingatkan kepada para orang tua dan guru bahwa anak mendambakan dunia
yang membuat mereka bisa merasa nyaman untuk bermain dan belajar. Jangan pernah
untuk menuntut mereka untuk mengikuti kemauan kita. Karena mereka adalah anak
kecil bukan miniatur orang dewasa. Perlakukan mereka sesuai dengan usia tumbuh
kembangnya. Agar mereka kelak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.
Tomoe saat ini sudah tak ada. Tapi sekolah ini akan terus hidup dalam imajinasi Anda ketika Anda membaca buku ini. (Totto-chan, hal. 260)
Salam ceria,
~RP~
Keren buku ini. Sistem sekolah toto chan yang dikepalai oleh Tuan kobayashi bagus kalau dipraktekin sekolah SD di Indonesia
BalasHapusSetuju, mbak :)
HapusSistem pendidikan yang gak kaku. Anak diberi kebebasan untuk memilih bidang apa yang mereka diminati.