Pada
tahun 2016 ini, hampir menginjak usia 6 tahun saya membuka bimbingan belajar di
rumah. Dan itu artinya sudah 6 tahun pula buku-buku paket menemani saya dalam
mendampingi adik-adik peserta bimbingan belajar. Ya, saya begitu terbantu
dengan adanya buku-buku paket tersebut yang menjadi acuan saya dalam mengajar.
Saya bersyukur, selama 6 tahun ini, saya tidak perlu membeli buku berkali-kali,
karena dari tahun ke tahun, buku yang digunakan selalu sama. Lumayan membantu
mengurangi pengeluaran saya, nih. ^_^
Bicara
tentang buku-buku paket, saya jadi teringat dengan buku-buku paket yang
digunakan pada zaman saya sekolah dulu. Buku-buku itu saya dapatkan lungsuran dari kakak. Dan ketika saya
naik kelas, buku paket tersebut belum bebas tugas. Masih harus menemani
hari-hari kedua adik saya di sekolah. Terima kasih buku paket. Berkat kalian,
saya, kakak dan kedua adik bisa menerima pelajaran dengan baik. Orang tua saya juga
merasa terbantu, karena tidak harus mengeluarkan uang berkali-kali untuk
membeli buku bagi keempat putrinya. Tidak terbayang kalau setiap anak harus
membeli buku cetak baru setiap naik kelas. Berapa rupiah yang harus dikeluarkan
untuk keperluan sekolah kami? Itu baru buku, belum alat tulis, seragam, sepatu,
tas dan keperluan lainnya.
Tidak
semua buku paket harus dibeli sendiri. Ada beberapa buku yang dibagikan oleh
pihak sekolah. Namun karena buku-buku tersebut sudah diwariskan ke beberapa
angkatan, tentu saja tampilannya kurang bagus. Bahkan saya pernah mendapatkan
buku paket yang telah hilang beberapa lembar halamannya. Kalau sudah begini,
rasanya cukup mengganggu. Tak jarang juga saya mendapatkan buku-buku yang sudah
penuh coretan. Tapi namanya juga buku bersama. Padahal saat buku-buku paket
dibagikan, guru sudah memberitahu agar menjaganya baik, dengan cara
menyampulnya dan tidak mencorat-coret. Namun tetap saja ada orang-orang yang
tak bertanggung jawab, karena merasa buku-buku tersebut bukan miliknya.
Lalu
apa saja manfaat dari buku paket selain sebagai penunjang materi pelajaran.
Meringankan
biaya pendidikan.
Ya, karena orang tua tidak perlu membeli buku setiap tahun ajaran baru untuk
masing-masing anak. Karena buku masih bisa digunakan secara turun temurun.
Bahkan ada beberapa buku yang dibagikan oleh pihak sekolah.
Belajar
berbagi. Bagi
kita yang memiliki buku paket namun tidak lagi digunakan, buku-buku tersebut
bisa diberikan kepada sepupu, tetangga atau disumbangkan ke perpustakaan
sekolah. Dari pada disimpan di gudang, menjadi santapan tikus kenapa tidak kita
berikan saja kepada yang lebih membutuhkan. Lebih bermanfaat, kan?
Belajar
bertanggung jawab.
Buku paket yang dibagikan, idealnya kita jaga dengan baik. Kita rawat selayaknya
milik sendiri. Disampul rapi, tidak dicorat-coret dengan tulisan atau gambar
dan memastikan tidak ada satu pun halaman buku yang hilang atau robek. Karena
buku tersebut masih perlu digunakan oleh adik-adik kelas. Betapa sedihnya jika
mereka mendapatkan warisan buku yang tidak layak lagi untuk dibaca. Bagaimana
mereka mau bersemangat belajar jika bukunya saja sudah rusak, penuh coretan dan
halamannya tidak lengkap. Belajar menjadi kurang nyaman, deh.
Mempererat
tali silatuhrami.
Ada tradisi di awal tahun ajaran baru mengunjungi saudara atau tetangga. Setelah
ngobrol ngalor ngidul, barulah ke tujuan utamanya, yaitu menyampaikan
keinginan untuk meminjam buku paket. Ada 2 keuntungan, lho. Dapat buku dan juga
sekaligus mempererat tali persaudaraan. Seperti kata pepatah, sambil menyelam
minum air. Hahaha. Kalau kamu apakah pernah mengalaminya juga?
Nah,
itu cerita tentang buku paket semasa saya sekolah dulu. Mungkin ada yang mau
berbagi cerita? Silakan ^^
Salam
Nostalgia,
~RP~
Enak ya jaman dulu buku paket bisa turun temurun, ngirit.com :)
BalasHapusBener banget, meringankan biaya
BalasHapus