B – O
– B – O, BOBO, teman bermain dan belajar!
Majalah
anak yang satu ini mungkin tak asing lagi bagi kawan-kawan, ya? Majalah Bobo
merupakan majalah kesayangan sejak zaman saya SD bahkan hingga hari ini. Sebelum
bisa membaca, majalah Bobo yang setia menemani saya untuk belajar membaca. Cerpen
dan dongeng yang ada, mendorong saya ingin segera lancar membaca dengan harapan
agar bisa melahap Bobo tanpa perlu menunggu dibacakan.
Dulu,
di daerah tempat tinggal saya belum ada agen yang menjual majalah Bobo.
Sehingga saya membelinya berupa majalah bekas. Terkadang iri dengan kawan-kawan
yang bisa membeli majalah baru. Kenapa? Karena majalah Bobo sering memberikan
bonus-bonus menarik, seperti penggaris, pensil, buku tulis, dan benda-benda
lain yang tentunya masih berhubungan dengan dunia anak. Apalagi jika edisi
ulang tahun, hadiahnya lebih kece dari hari-hari biasa. Sedangkan saya yang
membeli majalah bekas tentu saja tidak mungkin mendapatkan hadiah. Tapi hal itu
tidak mengurangi semangat saya untuk membaca Majalah Bobo.
Tidak
hanya menyajikan cerpen dan dongeng. Majalah Bobo juga berisi pengetahuan,
keragaman budaya, pesona alam Indonesia dan profil tokoh-tokoh sukses, baik
dari kalangan dewasa maupun anak. Membaca profil orang-orang hebat itu, saya pn
termotivasi untuk menjadi hebat juga sesuai dengan bisang yang saya minati.
Majalah Bobo juga terdapat latihan-latihan soal untuk kelas 1 sampai kelas 6,
lho. Dengan mengerjakan sola-soal itu, saya terbantu saat belajar untuk
persiapan ulangan di sekolah. Sesuai dengan tagline
yang diusung, Majalah Bobo tak hanya sebagai sarana hiburan tetapi pembacanya diajak
untuk belajar berbagai pengetahuan dengan sajian bahasa yang menarik dan mudah
dicerna.
Donal
Bebek juga merupakan salah satu bacaan favorit saya sejak kecil. Tidak pernah
ada bosannya membaca kisah petualangan Donal bersama ketiga keponakannya, Kwak,
Kwik, Kwek dan pamannya yang terkenal super duper pelit, Paman Gober. Selalu
ada cerita baru dan seru. Sama seperti, majalah Bobo, saya membelinya di
penjual majalah dan buku-buku bekas. Tapi untungnya, buku dan majalah yang
tersedia masih dalam keadaan bagus.
Hari
Kamis adalah hari yang saya tungu-tunggu. Karena hari itu hari pasar. Kebetulan
waktu dulu, pasar hanya seminggu sekali. Hari Kamis. Saya dan kedua adik ikut
ke pasar bersama tante. Tujuan utamanya untuk membeli majalah kesayangan.
Meskipun berjalan kaki cukup jauh, tapi kami bertiga tetap semangat demi
berburu majalah kesayangan. Asiiiik ^^
Setelah
semakin lancar membaca, saya tertantang untuk membaca dengan halaman yang lebih
tebal. Mulai suka membaca buku cerita tidak lagi terbatas pada majalah yang
halaman terbilang sedikit. Saya begitu menyukai novel petualangan anak, Lima
Sekawan. Awalnya karena tante yang membelikan. Kisah petualangan dan persahabatan
dibalut dengan apik membuat saya begitu menikmati jalan ceritanya. Setelah itu,
saya mulai berburu seri novel Lima Sekawan. Betapa senangnya, akhirnya ada juga
toko. Itu berarti, saya bisa mendapatkan bacaan favorit dengan mudah. Setiap
diajak ke toko buku, pilihan saya selalu jatuh pada novel Lima Sekawan. Ketika
saat ulang tahun, novel petualangan Lima Sekawan menjadi kado favorit saya. ^_^
Lima
Sekawan dan saya seakan tak terpisahkan. Ketika harus merantau ke Salatiga
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, Lima Sekawan pun saya
tak ketinggalan saya boyong. Ya, cukup menghibur dan menemani di awal-awal masa
perkuliahan. Maklum saya termasuk tipe introvert, jadi sedikit sulit untuk
beradaptasi di lingkungan baru. Buku bacaan bisa membantu saya melewati
hari-hari sulit itu.
Tapi
sayangnya, setelah semester akhir, saya mulai disibukkan dengan urusan skripsi.
Koleksi buku mulai sedikit terlupakan. Kebetulan di kamar kos saya tidak
tersedia rak buku khusus untuk meletakkan koleksi buku-buku. Saya menyimpannya
di dalam kardus di bawah tempat tidur. Saat sedang bersih-bersih kamar kos,
saya teringat dengan koleksi buku-buku. Betapa sedihnya saya. Buku-buku
kesayangan saya telah digerogoti rayap dan dipenuhi jamur. Tidak ada satu pun yang
bisa diselamatkan. Dengan berat hati, saya terpaksa membuang buku-buku itu.
Ternyata tidak hanya saya yang jatuh cinta dengan buku. Para rayap juga. Huft!
Saat
ini saya mulai menularkan kecintaan buku pada keponakan, Enol. Saya perkenalkan
majalah Bobo dan buku cerita anak lainnya. Walau belum bisa membaca, setidaknya
sudah mulai terlihat kesukaannya pada buku. Enol suka dengan cerita keluarga
Bobo dan Bona, si gajah kecil. Tidak tanggung-tanggung, saya pernah diminta
untuk membacakan beberapa majalah dalam satu waktu. Lumayan capek juga.
Hahahaha.
Ayo,
Enol semangat belajar membaca. Itu majalah Bobonya udah ngantri untuk dibaca,
lho!
Demikian
kisah nostalgia saya bersama bacaan favorit semasa kecil. Membaca itu seru,
lho. Yuk, tularkan virus membaca sejak dini.
Salam
Jelajah Buku,
~RP~
Iya yah, buku-buku lawas tuh kalo sebulan ajaaa ngendon di kardus atau peti box gitu. Langsung menguning lembab, ini buku baru mungkin lebih sip kali ya produksinya. Tapi saya beri kapur barus juga sih, menghindari jamur dan binatang tak diundang.
BalasHapusSayang banget kalo sampe dimakan rayap :(
Pasti ada Bobo di setiap generasi :)
BalasHapusSebelum baca postingannya, sengaja bunda ke Fesbuk profilenya dulu, sebab seingat bunda, belum punya teman yang namanya Roma tuh, hehe... Bener juga, langsung donk bunda add friend. Di confirm ya. Buku-buku ketika kita menyimpannya dalam kardus seharusnya diberi kamper, jadi lebih awet, bahkan terkadang bersih sama sekali dari nget-nget, itu lho yang suka makanin kertas or juga baju kalo kelamaan disimpen dalam kardus.
BalasHapusMakasih bunda udah berkunjung ke rumah Roma. Semoga ngga bosen dengan menu-menu yang ada, ya. Sering-sering berkunjung bunda :)
HapusOiya Roma udah confirm permintaan pertemanannnya. Seneng deh tambah teman, pastinya tambah ilmu menulis juga nih ^_^
Wah, infonya bermanfaat banget, bun. Segera dipraktekin supaya buku-bukunya bebas dari serangan rayap-rayap nakal.