Saat
jaman saya sekolah dulu, siswa Sekolah Kejuruan dianggap tidak keren, bloon, buangan, badung, tukang tawuran
dan sederet anggapan negatif lainnya. Dan jeleknya, saya pun ikutan “terkontaminasi”
dengan anggapan tersebut. Hal tersebut diperkuat dengan kabar miring yang kerap
saya dengar tentang perkelahian yang terjadi di sebuah Sekolah Kejuruan.
Kebetulan rumah saya berdekatan dengan sebuah STM. Memang sering terjadi
perkelahian, terutama antar siswa sekolah itu sendiri. Kalau sudah saling serang,
tidak salah-salah, segala jenis benda tajam bisa keluar. Ngeri!
Bisa
jadi, itu salah satu alasan untuk tidak memasukkan Sekolah Kejuruan dalam
deretan daftar nama sekolah yang saya inginkan. Saya pun mendaftar sebagai siswi
SMA Xaverius Pahoman, sebuah sekolah swasta yang cukup terkenal di daerah tempat
tinggal saya. Pada saat hari pengumuman, nama saya terpampang di papan
pengumuman. Saya diterima! Ada perasaan bangga. Sukses bersaing ketat dengan ratusan
pendaftar lainnya. Yeaaaay!
Kembali
ke pembahasan mengenai Sekolah Kejuruan. Setelah saya masuk ke dunia kerja,
saya baru menyadari bahwa anggapan negatif tentang Sekolah Kejuruan tidak
sepenuhnya benar. Justru saya kagum dengan para lulusan Sekolah Kejuruan. Dunia
kerja tidak saja menuntut karyawannya untuk menguasai teori saja, namun lebih
kepada keterampilan. Ya, keterampilan ini yang tidak saya peroleh saat di
sekolah dan kampus.
Sekolah
Kejuruan berkomitmen mencetak calon-calon Sumber Daya Manusia yang dibekali
keterampilan, kemampuan dan keahlian khusus pada bidang tertentu. Sehingga
memiliki kesiapan saat terjun ke dunia kerja. Para lulusan Sekolah Kejuruan
tidak lagi merasa canggung jika diperhadapkan langsung pada pekerjaan, karena
mereka telah terbiasa melakukannya.
Dulu,
saya hanya tahu kalau Sekolah Kejuruan hanya jurusan yang berhubungan mesin
saja, STM. Saya salah! Padahal tidak hanya itu. Sekolah Kejuruan memiliki
berbagai jenis program pendidikan, seperti Tata Busana, Tata Boga, Tata Rias,
Perhotelan, Pertanian, Perikanan, Komputer dan masih banyak lagi. Dan tentunya
saja para peserta didiknya telah dibekali dengan kemampuan yang sesuai dengan
bidang masing-masing. Mereka siap menghadapi persaingan dalam dunia kerja.
Tak
ada istilah mengganggur bagi para lulusan Sekolah Kejuruan. Intan, teman saya
yang merupakan seorang lulusan Sekolah Kejuruan. Intan mengambil program Tata
Busana. Bahkan saat masih bersekolah, ia telah menerima jahitan. Keren, kan?
Sekolah yang biasanya hanya “menguras” uang, ini justru bisa sambil menghasilkan
uang juga.
Begitu
juga dengan Widya, teman saya yang juga lulusan Sekolah Kejuruan. Widya
mengambil program Tata Boga. Tak kalah dengan Intan, sambil bersekolah ia tetap
bisa menambahkan pundi-pundi rupiahnya. Widya menerima katering. Masakannya pun
tidak hanya biasa-biasa saja. Tampilannya menarik dan rasanya enak!
Saya
dipertemukan dengan keduanya saat bekerja sebagai Asisten Psikolog di sebuah Sekolah
Luar Biasa bagian C, sekolah yang diperuntukkan bagi anak tuna rungu. Setiap
hari Intan dan Widya dengan sabar berbagi keahlian masing-masing kepada
anak-anak penyandang tuna rungu. Tujuannya agar kelak anak-anak tersebut
memiliki keahlian sehingga mereka bisa hidup mandiri, tidak menjadi beban bagi
orang lain. Kekurangan tidak menghalangi mereka untuk belajar.
Segala
sesuatu yang telah terjadi di muka bumi ini, tidak ada satu pun yang bisa
diulang kembali. Termasuk pendidikan. Jangan pernah salah dalam mengambil
keputusan. SMA atau SMK? Semua tergantung dengan cita-cita masing-masing anak.
Peran orang tua cukup mengarahkan anak. Bukan memaksakan. Karena apapun itu,
jika dipaksakan, hasilnya tidak akan baik.
Sebelum
mengambil keputusan, teliti terlebih dahulu kelebihan dan kekurangan
masing-masing jenis sekolah tersebut. Namun yang harus diingat, sejatinya
pendidikan adalah untuk mencerdaskan bangsa. Apapun bentuknya. Tentukan
pilihanmu dengan bijak! Jangan sampai menyesal atas keputusan yang telah
diambil.
Jadi,
mau masuk SMA atau SMK? Sesuaikan saja dengan rencana masa depan. Jika ingin
segera terjun ke dunia kerja, tak salah lagi, SMK pilihannya!
~RP~
~RP~
Betul. Sesuai kebutuhan aja sih. Kalo mau mendalami agama, masuk ke MA, kalo mau kuat di teori/Text book, lebih bagus masuk SMA, kalo mau kuat di praktek, ya masuk SMK.
BalasHapusAda banyak genre, tinggal pilih aja genre yang disukai :)
Iya. Seperti kata orang bijak, life is about choice. Kita yang memilih ingin menjadi apa kelak. Tergantung gimana cara mempersiapkannya.
HapusXaverius Pahoman? Btw mbak tinggal di Bandar Lampung ya? hehehe
BalasHapusHahaha... langsung ketebak ya, mas? Iya, waktu jaman SD sampe SMA aja. Sekarang udah di Liwa, Lampung Barat.
Hapus