“Eh, kamu udah nuker uang baru?”
“Astaga! Belum! Untung diingetin.”
“Kebetulan nih, saya mau minta tolong
Nasri. Sekalian aja.”
“Boleh, deh. Dari pada nunggu
entar-entar, malah kelupaan. Takutnya kehabisan kayak tahun lalu. Keponakan
saya sempet protes karena angpaunya udah agak koala kumal.”
Percakapan
yang sering saya dengar di kantor (dulu!) jika Lebaran sudah semakin dekat.
Ya,
bagi-bagi angpau (salam tempel) sudah menjadi tradisi jika hari Lebaran tiba. Biasanya
orang yang lebih tua memberikan kepada anak-anak sebagai bentuk hadiah jika bersilatuhrami
ke rumah sanak saudara. Atau bisa juga ketika ada sanak saudara yang
berkunjung. Memang tidak ada ketentuan yang mengharuskan. Tetapi di beberapa
keluarga, ada kebiasaan bagi-bagi angpau untuk yang sudah mempunyai penghasilan
sendiri. Kebiasaan tersebut sudah turun temurun dan berlangsung hingga saat
ini. Apakah ada di dalam keluarga kamu juga, kawan?
Momen
bagi-bagi angpau pun menjadi momen yang paling ditunggu oleh anak-anak. Setelah
selesai, bersama teman-temannya akan membandingkan siapa yang mendapat angpau
paling banyak. Hihihi^^. Mereka berasa menjadi seorang jutawan dengan
berlembar-lembar uang di tangan!
“Hei, keren si Mail. Masa dia dapet
angpau lima puluh ribu dari omnya yang kerja di Jakarta.”
“Tahun lalu, aku malah dapat seratus
ribu dari Om Dimas, yang kerja di Singapura. Tapi tahun ini gak mudik. Angpau aku
dikit deh.”
“Ayah dan ibu sudah mengijinkan aku
untuk membeli mainan baru.”
“Tante Ira baik banget. Nanti malam,
aku mau mengajak ayah ke pasar malam. Aku mau main sepuasnya.”
“Ih, Pakde Parto pelit. Bagi-bagi
angpau hanya dua ribu saja. Sebel!”
Mungkin
percakapan seperti itu pernah kawan-kawan dengar. Atau justru saat kecil, ada
diantara kawan-kawan yang pernah ikut terlibat dalam percakapan tersebut ^^. Pasti
sangat menyenangkan, ya punya uang dan bisa digunakan untuk apa saja tanpa
harus memaksa meminta dari orang tua terlebih dahulu. Betul, betul, betul.
Biasanya orang tua tidak terlalu protes, karena memang uang yang didapatkan
anak merupakan pemberian sanak saudara. Artinya orang tua tidak merasa
dirugikan, toh uang itu bukan uang dari dompet si ayah atau si bunda. Ups!
Tetapi,
apakah tradisi bagi-bagi angpau ini mendidik bagi anak? Tidak salah jika anak
menerima angapau. Tidak ada larangan juga. Namun orang tua sebaiknya
mengarahkan agar anak tidak terjebak dalam budaya konsumtif dan menghamburkan
uang untuk membelanjakan barang yang tidak seharusnya dibeli. Ternyata ini
menjadi momen yang tepat untuk mengajarkan konsep mengelola keuangan bagi anak.
Agar kelak anak tumbuh menjadi pribadi yang bijaksana dalam mengatur
keuangannya.
Berikut
tips yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak dalam mengelola uang :
Sebaiknya Menyisihkan Sebagian Uang untuk Ditabung.
Tak jarang
anak mendapatkan uang angpau dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaiknya orang
tua mengajak anak untuk menyisihkan sebagian uang untuk ditabung. Hal ini
bertujuan mengedukasi anak tentang konsep menabung, karena tidak semua uang
yang ada dihabiskan dalam waktu singkat. Sebaiknya disisihkan sebagian. Sehingga
jika di lain waktu ada keperluan lain, anak masih mempunyai uang cukup untuk
membelinya.
Bantu
anak untuk membuka rekening di bank agar “aman”. Kenapa begitu? Jika ditabung
di celengan, ada kemungkinan anak tergoda untuk mencungkil jika tiba-tiba
muncul keinginan untuk jajan. Bedewe ini pengalaman pribadi saya saat masih di
Sekolah Dasar *pengakuan dosa*. Hahahaha ^_^
Membimbing Anak dalam Membelanjakan Uangnya.
Saat anak
memiliki uang yang cukup besarnya jumlahnya, tentu banyak juga yang ingin
dibelinya. Es krim, cokelat, pakaian karakter super hero, sepatu dan terutama mainan. Padahal belum tentu anak
membutuhkan semua barang-barang tersebut. Di sini peran orang tua untuk
membimbing anak dalam membelanjakan uangnya secara tepat. Sehingga anak dapat
mengelola keuangannya dengan baik. Dan tidak memboroskan uang dengan percuma. Sampaikan
pada anak bahwa tidak semua barang yang diinginkannya harus dibeli. Orang tua
dapat mengajarkan tentang skala prioritas. Bantu anak memilah-milah barang mana
saja yang memang dibutuhkan tidak hanya sekedar untuk memuaskan keinginannya semata.
Ingatkan Anak untuk Berbagi.
Ingin
mendidik anak agar memiliki jiwa sosial sejak dini? Ini waktu yang tepat. Orang
tua sebaiknya mengingatkan anak untuk berbagi. Banyak orang-orang di luar sana
yang kurang beruntung, yang memerlukan uluran tangan untuk dibantu. Dari kebiasaan
berbagi ini, anak belajar peduli pada sesama.
Nah,
itulah tiga tips sederhana untuk membantu anak dalam mengelola uang angpaunya. Semoga
bermanfaat, kawan!
~RP~
~RP~
Sepakat! Masalahnya, semakin banyak uang yang didapat, semakin besar rasa untuk menghambur-hamburnya pada sesuatu yang sebenarnya kita tidak terlalu dibutuhkan. Apalagi anak kecil. Tapi, ya itu semua pantas dicoba dan diterapkan. Salam kenal :D
BalasHapusSalam kenal juga. Terima kasih atas kunjungannya ^^
HapusSenang banget bisa berbagi informasi dan bisa memberi manfaat bagi yang membaca tulisan ini.