Dulu
saya dan kedua adik saya (Dessy dan Tesa) mempunyai seekor anjing peliharaan. Seekor
anjing betina. Saya ngga tahu persis, anjing jenis apa. Bulunya panjang
terutama di bagian ekor. Jika dipanggil namaya, ia akan mengibaskan ekornya. Begitu
lucu. Warnanya cokelat dengan sedikit sentuhan warna putih di bagian kepala. Cantik!
Tepat sekali, Dessy (almarhum adik saya) memberinya nama Cantik. Saya ngga
ingat sejak kapan memelihara Cantik. Tapi yang pasti Cantik telah menjadi
bagian dari keluarga kami yang kebetulan sangat menyukai anjing peliharaan.
Ada kenangan
menyedihkan sekaligus tak terlupakan. Kami membiarkan Cantik hidup bebas, sengaja
tidak dirantai. Sehingga ia bisa berkelana sesuka hatinya. Cantik punya banyak
teman, anjing milik tetangga dan bahkan anjing liar tak bertuan. Jika hari
mulai sore, Cantik akan pulang tanpa kami perlu mencarinya. Sepertinya ia
mengerti soal waktu. Ngga membuat tuannya khawatir. Nice dog! Walau keluyuran seharian, ia tetap ingat pulang. Mungkin juga
karena sudah lapar. Suatu siang, Cantik pulang cepat. Ngga biasanya. Saya mendengar
suara lolongannya. Terdengar lemah. Ada apa? Segera saya keluar untuk melihat
apa yang terjadi. Betapa terkejutnya saya. Mulut si Cantik berbusa dan tubuhnya
begitu lemas. Saya panik. Sepertinya Cantik keracunan. Saya panggil ibu untuk
menjaga Cantik. Sementara saya membuatkan susu sebagai penawar racun dan mencegah
agar ngga menyebar ke tubuh Cantik. Itu yang saya tahu. Cantik tidak lagi
berdaya untuk minum susu, saya lalu menyuapi dengan sendok. Cantik berusaha kuat
untuk menelan.
Tak juga
ada perubahan. Justru tubuhnya semakin lemah. Matanya memerah. Cantik berusaha
untuk berdiri namun keempat kakinya tak mampu untuk menopang tubuhnya. Cantik
terjatuh. Berkali-kali ia mencoba untuk berdiri, seakan ingin mengatakan, saya
baik-baik saja. Namun apa daya. Tubuhnya begitu. Cantik terjatuh untuk ke
sekian kalinya. Saya menangis. Sedih. Ngga tega melihat kondisinya yang begitu
lemah.
“Coba
buatin air gula,” saran ibu. Sama seperti saya, ada raut kepanikan pada wajah
ibu.
Tanpa
pikir panjang saya segera berlari ke dapur menyeduh air hangat dan gula pasir.
Saya kembali menyuapi Cantik. Tetapi ia ngga sanggup lagi untuk membuka
mulutnya. Sambil menangis, saya membuka mulutnya dan ibu menyendokkan air gula
yang tadi saya seduh. Cantik tampak kesulitan untuk menelan. “Ayo semangat, Cantik,”
kata saya disela tangisan. Mata Cantik tampak sayu dan ada air mata. Cantik
menangis! Saya semakin sedih. Pasti Cantik sedang berusaha sekuat mungkin untuk
menahan rasa sakit.
Hampir
setengah jam, kami mencoba membantu Cantik. Tetapi belum juga menunjukkan
kemajuan. Malah sebaliknya. Saya hampir menyerah. Tiba-tiba saya teringat
sesuatu. Air kelapa! Ya, saya pernah mendengar air kelapa juga bisa
menetralisir racun. Saya berlari ke warung yang terletak di belakang rumah. Saya
beli sebutir kelapa.
“Bude,
kelapa parutnya saya tinggal dulu. Lagi perlu banget air kelapanya,” ujar saya
terburu-buru setelah terlebih dahulu membayar.
Sebenarnya
jarak rumah dan warung cukup dekat. Tetapi terasa jauh. Dibantu ibu, saya
menyendokkan air kelapa ke mulut Cantik yang semakin banyak mengeluarkan busa. Cantik
berjuang untuk menelan air kelapa. Tak lupa saya berdoa. Memohon supaya Tuhan
menyelamatkan Cantik. Rasanya belum siap kehilangan untuk anjing kesayangan
kami.
Perlahan
ada perubahan. Cantik muntah. Mungkin pengaruh dari air kelapa. Racunnya keluar.
Cantik berusaha berdiri. Masih lemah tetapi ia ngga jatuh seperti tadi. Thanks, God. Saya menangis dan memeluk
Cantik. Tapi kali ini tangisan haru. Cantik berhasil melawan racun yang masuk
ke tubuhnya. Lega rasanya.
Saya biarkan
Cantik tertidur. Lelap. Sesekali saya intip, memastikan Cantik baik-baik saja.
Sore hari, Cantik mau menghabiskan makanan di piring makannya. Senang bisa
melihat kembali keceriaan di wajah Cantik.
Itu kejadian
yang beberapa tahun yang lalu. Saat ini saya masih mengingatnya. Sengaja saya tuliskan
di sini. Supaya kejadian itu tetap
bisa saya kenang. Jika suatu saat nanti saya ngga mampu lagi untuk mengingatnya.
3 Juli 2013, foto terakhir Cantik setelah melahirkan ketiga anak anjing yang lucu-lucu. |
Beberapa
tahun sejak kejadian itu. Cantik pergi dan ngga pernah pulang. Saya selalu
menunggu kepulangannya hingga hari ini. Semoga Cantik baik-baik saja di luar
sana. Kami sayang Cantik. Kami rindu Cantik.
Liwa, 16 Juni 2016
Mbak Roma membuat saya meneteskan air mata. Teringat pada my lovely dog, BOY.
BalasHapusBinatang piaraan semasa kecil saya itu meregang nyawa setelah pulang dengan luka bacok disepanjang wajah dan mulutnya.
Ih serem. Tega benget. Jadi ikutan sedih saya. Tapi si Boy hebat,ya. Tetap bisa bertahan sampai ke rumah padahal lukanya parah. Sepertinya Cantik juga mengalami hal yang sama. Karena saya pernah mendengar selentingan ada tetangga yang ngga suka dengan anjing. Padahal setau saya, Cantik ngga pernah mengganggu orang.
Hapus