Setelah
sekian lama saya tidak menemani ibu belanja ke pasar. Biasanya adik yang menjadi
“ojek”. Tetapi pagi tadi ada pekerjaannya yang lebih urgent. Jadi saya diminta ibu untuk menjadi “ojek” menggantikan
adik. Selesai saya mencuci piring, kami meluncur dengan mengendarai Fuleco,
motor milik adik. Karena sesuatu dan lain hal, saya memutuskan tidak
mengendarai Valentino. Penasaran dengan Valentino? Silakan baca di SINI. Kali ini,
ada rasa canggung berkendara di pagi hari. Suasana jalanan masih ramai, maklum jam
masuk sekolah dan kantor. Sudah hampir enam bulan saya tidak melakukannya. Kendaraan
saling mendahului, tak beraturan. Seperti sedang berada di arena balapan liar. Beberapa
kali kendaraan lain mendahului dengan kecepatan cukup tinggi. Membuat saya bertambah
gugup. Sekitar 15 menit perjalanan, kami pun sampai di tujuan.
Saya memarkirkan Fuleco dan memastikannya aman. Saya dan ibu pun bergegas memasuki pasar Liwa. Sebuah pasar tradisional, yang buka hanya pada hari Selasa dan Jumat. Tidak seperti pasar tradisional yang umum di sekitar tempat tinggal saya. Pasar Liwa tampak bersih dan teratur. Sepanjang jalan telah dipasang paving block. Sehingga tidak becek. Kaki saya pun tetap bersih.
Penjual
juga dikelompokkan berdasarkan jenis barang yang dijual. Ada penjual daging,
ikan, sayur, beras, kelontong, rempah-rempah, pecah belah, makanan, pakaian,
hingga mainan anak. Ini memudahkan pembeli untuk berbelanja.
Ada beberapa
hal yang wajib diperhatikan saat berbelanja di pasar tradisional. Apa saja?
Bawa kantung belanja dari rumah. Mengurangi sampah plastik. Membantu pemerintah dalam
mewujudkan Indonesia bebas sampah plastik tahun 2020. Juga sebagai salah satu bukti
kalau kamu menyayangi bumi ini. Tahu kan kalau sampah plastik membutuhkan
ratusan tahun agar bisa terurai. Waktu yang sangat lama.
Tulis daftar belanjaan. Penting sekali membuat daftar belanjaan sebelum berangkat
ke pasar. Catatan tersebut membantu kamu untuk mengetahui apa saja yang harus
dibeli. Jangan sampai ada yang lupa untuk dibeli. Saat mau masak, duh ada bahan
yang kurang. Wah, jadi tidak maksimal deh hasil masakannya. Inga inga, buat
catatan terlebih dahulu ya.
Pakai alas kaki yang nyaman. Dilarang keras memakai high
heel. Saya sarankan untuk memakai sandal atau bisa juga flat shoes. Jangan sampai kaki kamu
lecet karena memakai alas kaki berhak tinggi. Apalagi ditambah dengan membawa
belanjaan yang cukup berat. Belanja ke pasar tradisional bukan tipe one stop shopping. Kamu pasti harus
berkeliling dari satu penjual ke penjual lain. Apalagi kaum perempuan dikenal
hobi sekali menawar. Sebisa mungkin ngedapetin cabai yang paling murah dengan
kualitas bagus. Rela deh keliling cari harga paling miring, terkadang hanya
beda seribu doang *uhuk*. Tuh yang ngerasa jadi malu. Hahaha.
Berpenampilan sepantasnya. Ingat ini pasar tradisional. Kamu tidak perlu dandan super lengkap.
Memakai perhiasan berlebihan, seperti toko perhiasan berjalan. Acara belanja
jadi tidak nyaman. Karena kamu jadi pusat perhatian orang. Belum lagi ada perasaan
khawatir. Takut jadi incaran si tangan usil, alias jambret. Jadi berpenampilan
sepantasnya agar kamu bisa nyaman berbelanja.
Bawa tas kecil. Kaum perempuan identik dengan tas. Kemana pun pergi rasanya ada kurang
jika tidak membawa tas. Oiya, sebaiknya gunakan tas berukuran kecil saja. Cukup
untuk membawa dompet dan ponsel. Tidak perlu memakai tas yang terlalu mencolok,
misalnya clutch atau kamu memakai kelly bag yang formal. Sayang kan kalau tasnya bau amis terkena ikan.
Setelah
keranjang belanja ibu penuh. Ada ikan mas, kunyit, kencur, bawang merah,
kemiri, cabai, sayur, beras. Kami mengakhiri acara belanja. Saya dapat
pengalaman baru. Sebelum pulang, ibu mentraktir saya semangkuk mie goreng. Upah
jadi tukang ojek. Hahahaha.
Ayo belanja
ke pasar tradisional. Kita ikut membantu memajukan perekonomian mass market.
Yippee!!!
rOMa
Pakpahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)