Malam ini, saya menonton acara Hitam Putih. Bintang
tamunya dua orang penulis yang sangat menginspirasi. Dee Lestari (penulis novel fiksi ilmiah Supernova) dan Ahmad Fuadi (penulis novel Negeri 5 Menara). Kedua penulis
tersebut bercerita bagaimana perjuangan mereka sehingga akhirnya lahir karya-karya
luar luar biasa.
Dee Lestari mulai menyukai dunia kepenulisan sejak
kecil. Di usia sembilan tahun, Dee Lestari mempunyai impian, suatu saat buku karyanya bisa dipajang di
toko buku. Dan ia tidak hanya menjadikan impian tersebut sekedar mimpi
belaka. Dee Lestari mulai berlatih menulis, menulis dan menulis. Awalnya dengan
menulis lagu. Di tahun 2001, lahir buku pertamanya. Supernova. Dan karyanya
tidak berhenti sampai di situ. Dee Lestari tetap konsisten. Hingga kini telah
15 tahun ia berkarya. Telah 10 buku ditulis dan kesemuanya merupakan buku-buku
yang laris manis. Dee Lestari ngga tanggung-tanggung dalam menulis, bahkan ia
rela meninggalkan dunia tarik suara yang telah membesarkan namanya. Ia
sungguh-sungguh mendalami dunia barunya. Menulis. Namun ia ngga hanya sekedar
aji mumpung karena dirinya saat itu seorang public
figure. “biarlah kualitas yang
berbicara”, kata Dee Lestari. Pesan Dee Lestari bagi penulis pemula, “jadikan
menulis sebagai ritual.” Dalam sehari, sediakan minimal waktu 30 menit
untuk menulis. Sehingga akhirnya terbentuk kebiasaan menulis.
Tak jauh berbeda dengan Dee Lestari, sejak kecil Ahmad
Fuadi juga mulai tertarik dengan dunia kepenulisan. Di usia 13 tahun, Ahmad Fuadi
terinspirasi dengan kebiasaan ibunya menulis di sebuah buku. Suatu hari,
terdorong rasa penasaran ia membaca buku milik ibunya. Buku tersebut ternyata
berisi catatan keseharian ibu, kisah keluarga dan resep masakan. Ya, sebuah
Diary. Ahmad Fuadi pun mulai mengikuti kebiasaan sang ibu. Ia mulai menulis
apapun yang dianggapnya menarik. Kegiatan sekolah, teman-teman dan
kesehariannya. Dari kebiasaan tersebut, akhirnya lahir buku Negeri 5 Menara. Buku yang
bercerita tentang semangat seorang pemuda yang berasal dari sebuah kampung di
daerah Sumatera Barat yang merantau ke pulau Jawa. Sebuah buku yang menginspirasi.
Bahkan buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Dan dijadikan
sebagai buku wajib di salah satu univeristas di Amerika. Luar biasa, ya. Dari hasil
buah pikir Ahmad Fuadi, tercipta 15 karya buku. Pesan Ahmad Fuadi bagi penulis
pemula “menulislah setiap hari untuk melatih otot menulis.” Seperti
seorang olahragawan yang selalu berlatih untuk mendapatkan otot (dibaca: tubuh)
yang kuat.
Kisah Dee Lestari dan Ahmad Fuadi mengingatkan saya kembali
bahwa untuk menjadi “sesuatu” tidak bisa didapatkan secara instan. Butuh
perjuangan. Perlu ada proses belajar dan berlatih secara rutin. Ngga ada kata
terlambat bagi kita, jika ingin belajar. Bangun dalam diri kita sebuah passion untuk menulis. Karena dengan
adanya passion, kita akan tetap
semangat walau berada di titik terjenuh sekalipun. Great passion make that impossible can be happen. Yuk, menulis
mulai sekarang. Siapa yang tahu, kelak karya-karya kita bisa menginspirasi
banyak orang.
Yippee!!!
rOMa Pakpahan
Benar Mba Roma...semua butuh proses dan latihan. Bersama ODOP saya benar-benar belajar disiplin. Disiplin dalam menulis. Karena selama ini hanya suka saja. Sedang menulisnya bisa kapan-kapan. Setelah membaca ini jadi tambah semangat...hehehe
BalasHapusAyo menulis. Bebaskan imajinasi ^_^
Hapus