“Besok kan
libur. Tapi jangan lupa bangun pagi,” kata Sandro.
“Memangnya ada
apa?” tanya Davin.
“Besok ada
gerhana matahari total. Mulai jam 6.30,” lanjut Sandro semangat.
Begitu lah obrolan beberapa adik-adik kemarin sore di
sela-sela belajar. Betapa antusiasnya mereka membahas tentang gerhana matahari
total. Apa sih gerhana matahari total itu? Sebuah fenomena alam yang
berlangsung 350 tahun sekali. Keadaan dimana matahari, bulan dan bumi berada
dalam posisi satu garis. Kalau menurut cerita jaman dahulu, peristiwa gerhana
matahari terjadi karena raksasa hendak memakan matahari. Dan penduduk akan
membuat suara-suara riuh dengan harapan membuat raksasa tersebut terganggu dan
ngga jadi memakan matahari.
Keesokan pagi.
Saya bangun dengan semangat. Penyebabnya? Karena saya
penasaran dengan gerhana matahari yang kemarin sore menjadi perbincangan hangat
adik-adik di kelas. Saya sebenarnya tak kalah antusias dengan mereka. Tetapi kemarin
cukup di simpan dalam hati saja. Malu kalau ketahuan kak Roma juga kepo. Hahahahaha.
Jam 5.30 di luar masih sangat gelap. Udara dingin dan
berkabut tak menghalangi niat saya untuk melihat fenomena alam yang beberapa
hari terakhir ini menjadi buah bibir masyarakat Indonesia. Gelap mulai beranjak
berganti terang. Namun langit tampak mendung. Sekeliling saya masih diselimuti
kabut cukup tebal. Sang mentari tampak malu-malu menampakkan sinarnya. Saya masih
setia menunggu. Namun belum ada tanda-tanda apapun. Memang menurut informasi,
hanya empat wilayah yang akan mendapat gerhana matahari total (disingkat: GMT).
Belitung, Palembang, Ternate dan Palu. Merasa dekat dengan Palembang (saya
tinggal di Lampung Barat), setidaknya bisa melihat gerhana matahari walaupun
ngga total *ngarep*. Oiya, kita yang tinggal di Indonesia sangat beruntung,
lho. Karena Indonesia merupakan satu-satunya wilayah berupa daratan dimana
dapat melihat fenomena gerhana matahari total.
Jam 6.30 mulai terlihat tanda-tanda GMT. Yeess. Saya
memanggil adik saya untuk menemani. Ngga pede. Karena hanya saya sendiri yang
tampak rempong berdiri di halaman
rumah, menatap ke arah terbitnya matahari. Tetangga seakan tidak ada yang
peduli. Perlahan mulai tampak bayangan bulan menutupi matahari. Saya dan adik
mengabadikan momen tersebut. Walau hanya dengan kamera saku berlensa sederhana.
Kami berhasil mengabadikannya. Yippee!!!
Beberapa stasiun televisi pun menayangkan secara
langsung peristiwa tersebut dari empat titik gerhana matahari total. Euphoria GMT
ternyata berpengaruh juga pada sektor pariwisata.Tak hanya masyarakat Indonesia
yang memadati keempat titik tersebut. Bahkan dari beberapa negara lain pun tak
mau ketinggalan. Ada pesan penting dibalik peristiwa langka ini. GMT tidak
hanya sebagai wisata semata. Namun lebih dari itu. Harapannya dengan fenomena
ini, masyarakat Indonesia (terutama generasi muda) semakin terpanggil untuk
mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya di bidang
astronomi. Kenapa IPTEK begitu penting? Karena ilmu pengetahuan sangat membantu
dalam kehidupan peradaban manusia. Ilmu pengetahuan bersifat abadi dan dapat
diwariskan bagi kehidupan ratusan tahun kemudian. So, mari kaum muda bergandengan
tangan, bersama mengembangkan IPTEK demi kehidupan yang lebih baik.
Demikian sekelumit cerita saya tentang Gerhana
Matahari di langit Liwa. Terima kasih untuk membaca.
Yippee!!!
rOMa Pakpahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)