Hari ini
Bobi tiba lebih pagi dari teman-temannya. Di kelas, Bobi menemukan selembar uang lima
puluh ribu tergeletak di lantai. Bobi terdiam memandangi uang itu. Bobi ragu-ragu untuk mengambilnya. Namun tidak ada orang lain di ruangan
itu.
“Bobi, ambil saja uang itu
untukmu,” kata suara hati Bobi.
“Jangan
Bobi. Berikan kepada guru. Pasti pemilik uang itu sedang kebingungan mencarinya,” kata suara
hati Bobi yang lain.
Bobi semakin bingung. Mana
yang harus diikutinya.
“Ayo Bobi ambil saja.
Bukannya kamu ingin membeli mobilan baru?” kembali suara hati Bobi membujuk.
Bobi akhirnya tergoda
untuk mengambil uang itu.
“Aku tidak mencuri, tetapi
menemukannya. Asyik. Akhirnya bisa beli mobilan baru. Dari pada menunggu mama
gajian, kelamaan,” gumam Bobi sambil memasukkan uang itu ke saku celana.
Teman-teman
mulai berdatangan, Bobi berusaha bersikap biasa saja. Seperti tidak terjadi
apa-apa.
Saat pelajaran
sedang berlangsung, tiba-tiba Rini muncul di kelas dengan wajah sedih dan napas
tersengal-sengal.
“Permisi. Maaf pak saya datang
terlambat,” kata Rini dengan gugup.
“Tidak biasanya kamu
terlambat. Apa yang terjadi?” tanya pak guru.
Rini bercerita bahwa ia
kehilangan uang. Padahal uang itu untuk membayar uang sekolah. Sebenarnya mama
sudah memberikan sejak kemarin, tapi Rini lupa untuk membayarkannya. Tadi pagi
Rini baru ingat dan saat memeriksa, uang itu berkurang jumlahnya. Rini
terlambat karena membongkar isi kamarnya untuk mencari uang itu.
“Coba kamu ingat lagi
dimana kamu meletakkannya?” tanya pak guru.
“Di dalam
tas, diantara buku-buku. Tapi tidak ada juga tadi sudah saya periksa dengan teliti.”
“Mungkin kamu telah
memakainya untuk membeli sesuatu dan kamu lupa?”
“Tidak, pak.”
“Orang tuamu sudah
mengatahuinya?”
“Sudah. Tapi mama meminta
saya untuk mencarinya. Kalau tidak ketemu, saya terpaksa menggunakan uang tabungan
untuk menggantinya. Karena ini kesalahan saya, tidak segera membayarkannya,” suara
Rini terdengar sedih.
“Berapa jumlahnya?”
“Lima puluh ribu, pak”
“Anak-anak
apakah ada diantara kalian yang menemukan uang Rini yang hilang?”
Semua anak serentak
menggelengkan kepala. Termasuk Bobi!
“Jika ada diantara kalian
yang menemukan, beritahu bapak,” kata pak guru. Pelajaran dilanjutkan kembali.
Wajah Bobi berubah pucat pasi.
Jantungnya berdegup kencang. Ada perasaan takut. Bobi ingin mengembalikan uang
itu. Tapi…
“Tenang, Bobi. Belum tentu
itu uang milik Rini. Mungkin hanya kebetulan saja,” suara hati
Bobi berkata untuk menenangkan.
“Bobi
uang itu pasti milik Rini. Ayo segera kembalikan. Kasihan Rini” kata suara hati Bobi yang
lain.
“Ingat Bobi, dengan uang
itu kamu dapat membeli mobilan yang selama ini kamu inginkan” kata suara hati
Bobi lagi membujuknya agar tidak mengembalikan uang itu.
Bobi jadi tidak
konsentrasi mengikuti pelajaran.
“Wajah kamu pucat. Sakit?”
tanya Budi saat di kantin.
“Tidak. Aku baik-baik saja,” jawab Bobi setenang mungkin.
“Syukurlah. Tapi kalau
sakit, lebih baik istirahat di UKS saja,” saran Budi.
Hingga saat pulang sekolah
perasaan Bobi masih diliputi ketakutan. Hatinya tak tenang. Ketika bel tanda
pulang sekolah berbunyi, Bobi bergegas keluar kelas. Bobi ingin segera pergi ke
toko mainan.
“Kalau uangnya aku belikan
mainan pasti tidak ada yang tahu,” gumam Bobi.
Sesampainya di toko
mainan, Bobi kecewa sekali. Ternyata mobilan yang ingin dibelinya sudah
terjual. Toko itu tidak memiliki stok mobilan yang sama. Bobi sudah memasuki beberapa toko yang menjual mainan. Tapi sia-sia.
“Kenapa
lama sekali pulangnya?” tanya mama khawatir.
“Maaf,
ma. Tadi ke rumah
teman dulu. Belajar kelompok,” Bobi berbohong.
“Lain
kali kalau pulang terlambat, beri kabar,” pesan mama.
”Iya,
ma. Tadi dapat tugas kelompok dan dikumpulkan besok.”
”Kamu
pasti sudah lapar. Ayo ganti baju setelah itu makan. Mama sudah siapkan di meja.”
”Syukurlah
mama tidak curiga,” gumamnya.
Bobi beranjak ke kamarnya
dengan lesu. Saat membuka pintu kamar, di meja belajar ada sesuatu yang menarik
perhatian Bobi. Mobilan yang diinginkannya!
“Ma, ini
mobilan untuk Bobi?” tanya Bobi girang dengan berlari menghampiri mama yang
sedang menyiram bunga-bunga koleksi mama.
“Iya,
sayang. Maaf sudah membuat kamu menunggu.”
“Makasih, ma” kata Bobi
memeluk mama.
“Nah sekarang
ganti baju dulu. Setelah itu makan.”
Bobi sedang
mengerjakan PR, saat mama masuk ke kamar.
“Mama
boleh bicara sebentar?” tanya mama.
“Ada apa,
ma?” tanya Bobi bingung.
“Mama
lihat sepanjang hari ini, kamu lebih banyak diam. Ada sesuatu yang terjadi di
sekolah?” tanya mama.
Bobi menggeleng. Astaga. Tiba-tiba Bobi teringat dengan dengan uang yang tadi pagi
ditemukannya. Uang
itu masih di saku celana. Pasti mama sudah menemukannya. Bobi berusaha
menyembunyikan kepanikannya.
“Mama tadi menemukan uang
ini di saku celanamu. Sepertinya mama, tidak pernah mama memberi uang sebanyak itu?”
tanya mama.
Bobi
takut dan bingung.
“Tidak perlu takut. Mama
tidak marah jika kamu berkata jujur.“
Dengan
terbata-bata Bobi menceritakan semuanya kepada mama.
“Bobi, mama kecewa dengan
sikap kamu. Mama hanya meminta untuk bersabar. Tidak
semua keinginan bisa didapatkan saat itu juga, nak. Karena ketidaksabaranmu
itu, kamu telah mengambil sesuatu yang bukan milikmu”
“Maafkan Bobi, ma. Bobi
janji kejadian ini tidak terulang lagi.”
“Mama harap kamu bisa memegang
janjimu. Besok kembalikan uang ini kepada Rini dan jangan lupa meminta maaf.”
“Iya, mama” jawab Bobi
lega.
#OneDayOnePost
#HariKeempatbelas
#ToplesAksara
Yippee!!!
rOMa Pakpahan
#OneDayOnePost
#HariKeempatbelas
#ToplesAksara
Yippee!!!
rOMa Pakpahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)