Rumah yang biasanya damai dan penuh canda tawa. Kini
tiba-tiba saja berubah. Ada seorang anak perempuan di rumah itu, Lusi namanya.
Ia tak siap berhadapan dengan perubahan itu. Membuatnya tidak lagi betah di
rumah. Muak rasanya setiap hari disuguhkan pertengkaran papa dan mama. Gamang.
Kehilangan sandaran hidup. Bak sebuah balok kecil yang terombang ambing di
tengah lautan luas.
Lusi berusaha menghibur diri. Ia mencoba memutar
kembali kenangan indah dulu. Saat dimana kehidupannya berlimpah kasih sayang.
Air matanya tak terbendung lagi. Mengalir seperti anak sungai.
Tak tahu kapan tepatnya terjadi perubahan ini. Yang
Lusi tahu, papa sekarang lebih banyak berada di rumah. Dan tidak pernah lagi
terlihat papa berpakaian seragam kerja. Sedangkan mama setiap hari pulang
malam. Bahkan tak jarang mama pulang dalam keadaan mabuk, diantar oleh
laki-laki yang berbeda. Selalu terjadi adu mulut yang sengit antara papa dan
mama. Lusi sampai hapal benar kata-kata yang terlontar dari bibir mama.
“Dasar laki-laki tak tahu diuntung. Istri pulang
kerja bukannya disambut, justru pasang wajah masam.” Suara mama terdengar
menantang.
“…” Tak tersengar suara papa. Rupanya papa memilih
untuk diam.
“Kamu pikir, aku tidak tersiksa? Aku jijik melakukan
pekerjaan kotor ini. Hah!” terdengar isak tangis mama di sela-sela
kemarahannya.
Lusi seorang anak perempuan yang tak mampu berbuat
apa-apa, kala kebahagian masa kecilnya terenggut oleh faktor ekonomi. Papa termasuk
dalam deretan nama karyawan yang di PHK, akibat perampingan tenaga kerja di
perusahaan tempatnya bekerja.
Tahun pun berlalu…
Lusi telah tumbuh menjadi seorang perempuan cantik. Dengan
alasan terdorong himpitan ekonomi, ia rela melepas keperawannya pada pria
hidung belang di usia yang masih sangat belia. Lusi tak berdaya. Hingga muncul
sosok Wawan. Lelaki yang mampu mencinta dengan tulus. Bersedia menerima segala
kekurangannya. Lelaki itu mengangkatnya dari jurang kegelapan dan membawa
secercah sinar yang telah lama hilang dari kehidupan Lusi. Bersama lelaki itu,
Lusi berani menatap masa depan.
Yippee!!!
rOMa Pakpahan
Yippee!!!
rOMa Pakpahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)