Sore itu, Yanti duduk seorang diri di teras belakang.
Termenung. Entah apa yang sedang ia pikirkannya. Besok merupakan hari ulang
tahun seseorang yang dulu pernah menghuni di hatinya. Bagas. Laki-laki berbadan
atletis, dengan lesung pipi yang melengkapi ketampanannya. Lelaki yang selalu
mampu membuat hati Yanti meleleh dengan puisi-puisi romantis.
Itu dulu. Kini, Yanti harus berjuang melewati
hari-hari dalam kesendirian. Tragedi naas dua tahun lalu merenggut nyawa Bagas,
laki-laki yang begitu dicintainya. Yanti sangat terpukul dan sempat mengalami
depresi berat. Sebulan penuh, ia hanya menangis dan tak mau keluar kamar.
Keluarga dan juga Siska, sahabatnya merasa khawatir dengan kondisi Yanti. Semua
berusaha menghibur. Mereka tidak sampai hati melihat Yanti larut dalam
kesedihan yang mendalam. Setelah sebulan kejadian tersebut, Yanti perlahan
mulai bisa menerima kepergian Bagas dengan ikhlas.
Siska bahkan berusaha beberapa kali memperkenalkan
Yanti dengan beberapa temannya. Siska berharap Yanti bisa membuka pintu
hatinya. Memberi kesempatan bagi cinta yang baru. Tetapi Yanti menolak dengan
tegas. Dengan alasan ia belum siap. Tidak mau hanya pelarian saja. Menurutnya
cinta itu bukan pakaian, jika bosan lalu diganti atau bahkan dibuang begitu
saja.
Suatu senja di sebuah halte.
“Hai, Yanti.” Sapa seseorang saat Yanti sedang menunggu
bis.
“Hai.” Yanti hanya menanggapi seadanya.
“Kamu lupa, ya? Saya Farhan. Kita satu angkatan.”
Yanti berusaha mengingat sejenak. “Ya ya, saya ingat
sekarang.” Masih dengan gaya cuek.
“Wah, udah lama banget kita ngga ketemu. Terakhir
pada saat wisuda. Kamu terlihat semakin cantik, ya.”
Itu awal pertemuan kembali Yanti dan Farhan. Setelah
sekian tahun mereka tidak bertemu. Perlahan namun pasti, Farhan mampu
mengembalikan keceriaan Yanti. Farhan datang di waktu yang tepat. Ketika Yanti
lupa mencinta, dengan sabar Farhan mengingatkan kembali makna cinta.
Yippee!!!
rOMa Pakpahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)