www.romapakpahan.blogspot.co.id |
Sabtu sore itu, di sebuah kafe. Hujan di luar seakan
tidak ingin pergi. Deras. Suara petir terdengar bersahutan mengiringi tetesan
hujan yang membasahi bumi. Stella terkurung, tanpa mampu berbuat apa-apa. Hanya
ditemani sebuah novel dan secangkir Cappucino hangat. “Andai saja tadi aku tak lupa
membawa payung.’’ Stella menggerutu dan mengutuki diri sendiri. Matanya menyisir seluruh ruangan
kafe. Dari sekian pengunjung, hanya dirinya yang duduk sendirian. Kesepian.
“Selamat sore. Sendirian aja? Boleh saya duduk di
sini?” sapa seorang laki-laki. Stella terkejut. Hampir saja ia menjatuhkan
novel yang dibacanya.
“Selamat sore. Sendirian aja? Boleh saya duduk di
sini? Laki-laki itu mengulangi pertanyaan.
Stella menatap lekat dan hanya menganguk perlahan. Keduanya
berkenalan. Laki-laki itu bernama Awang.
Tak lama kemudian, mereka telah tenggelam dalam obrolan santai. Tak biasanya
Stella dapat dengan mudah menerima kehadiran laki-laki asing.
Hujan mulai reda. “Maaf, saya harus segera pulang. Makasih,
Wang.” Stella tampak tergesa-gesa.
“Ke mana saja kamu? tanya mama ketus saat Stella
melewati ruang keluarga.
“Ma, aku ini udah 24 tahun. Bukan anak kecil lagi,”
jawab Stella tak kalah ketus. Ia mempercepat langkahnya menghindari ceramah
mama. Di kamar, ia menghempaskan tubuh mungilnya ke kasur. Hanya di ruang
pribadinya ini, Stella merasa nyaman. Mama over
protective tanpa alasan jelas. Tak pantas lagi untuk usia Stella saat ini. Ia
merasa jengkel dengan sikap mama.
Stella memejamkan mata dan muncul bayangan wajah tampan
milik Awang. Laki-laki yang baru saja dikenalnya. Namun laki-laki itu mampu
membuat Stella tertawa lepas. Ada desiran aneh dirasakannya. Inikah yang
dinamakan cinta? Stella berusaha menepis rasa itu. Menyimpannya jauh-jauh.
Sebulan berlalu
sejak pertemuan singkat di kafe.
Stella dan Awang dipertemukan kembali di sebuah toko
buku. Ternyata keduanya memiliki kesamaan tema bahan bacaan. Obrolan kali ini pun
tak kalah seru. Di sela obrolan, tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki
berumur sekitar 4 tahun. Menggelayut manja. “Pa, kita pulang, yuk,” ajak anak
itu sambil menarik tangan Awang. Demi mendengarnya, Stella seperti tersambar
petir di siang bolong. Bunga-bunga cinta itu layu sebelum sempat berkembang.
Yippee!!!
rOMa Pakpahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)