“Wi, aku tunggu di kafe TOP sekarang.” Begitu bunyi pesan
singkat Retha kepada Dewi, sahabatnya.
Dewi yang sedang asyik menuangkan ide-ide segar untuk
tulisan di blog, segera mematikan laptopnya.
Ia bergegas beranjak menuju lokasi kafe yang disebutkan
Retha.
Wajah manis Retha sedikit ternoda oleh semburat duka.
Tampak jelas ia sedang dirudung masalah.
“Hai,” sapa Dewi sambil menepuk lembut pundak Retha.
Retha hanya tersenyum sekilas. Nampak jelas kesedihan
di wajahnya.
“Ada apa, Ta? Wajah kamu kusut banget. Seperti
pakaian yang belum disetrika, lho.”
“Yuda selingkuh, Wi,” suara Retha terdengar bergetar.
Butir-butir air mata membasahi pipinya.
Retha memeluk erat sahabatnya. “Jangan sedih, Ta. Ada
aku di sini.” Dewi berusaha menenangkan.
“Yuda itu cinta sejatiku, Wi. Aku ngga bisa hidup
tanpa kehadirannya di sisiku. Separuh nafasku seakan sirna.”
“Kamu yakin, Ta? Bukankah kalian sudah bertunangan
dan dalam waktu dekat ini akan segera menikah?” selidik Dewi.
“Kemarin sore, aku sedang menemani mama belanja di mall. Aku melihat Yuda sedang jalan
dengan seorang perempuan. Mereka berdua tampak begitu mesra banget, Wi.”
Raut wajah Dewi tiba-tiba pucat pasi. Seputih lembaran
kertas kosong. Andai Retha tahu apa yang telah terjadi.
Yippee!!!
rOMa Pakpahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)