Ranti. Usianya saat ini 9 tahun. Seorang
atlit renang. Ia menguasai gaya kupu-kupu. Ranti mulai diperkenalkan dengan
dunia renang sejak usia 3 tahun. Ayah Ranti dulu adalah seorang atlit renang.
Namun saat ini, ayah memilih fokus menjadi pelatih bagi Ranti saja. Ayah adalah
pelatih yang sangat disiplin.
Ranti telah beberapa kali menjuarai perlombaan renang. Tak terhitung medali yang telah diperolehnya. Dua minggu yang lalu, Ranti menjuarai lomba renang tingkat propinsi. Kemenangan itu, membawa kesempatan pada Ranti untuk turut serta dalam lomba di tingkat nasional. Terselip rasa bangga ayah dan bunda atas prestasi Ranti.
Namun mendekati hari perlombaan,
semangat Ranti justru semakin menurun. Tak henti, ayah mengingatkan dan memberi
semangat agar Ranti giat berlatih.
“Aku capek, yah. Setiap hari selalu
latihan dan latihan,” keluh Ranti.
Hari perlombaan semakin dekat, nak,”
nasihat ayah.
“Tapi, yah. Selama ini, aku selalu
berhasil menjadi juara,” bantah Ranti.
“Ayah tahu. Tapi bukan berarti kamu
boleh berhenti berlatih. Kemampuanmu harus terus diasah.”
“Ranti juga ingin seperti teman-teman
lain yang memiliki banyak waktu bermain, yah.” Suara Ranti bergetar. Ia menahan
air mata yang hampir menetes dari pelupuk matanya. Tampak kesedihan terlukis di
wajah mungil Ranti.
“Baiklah. Tiga hari ini tidak perlu ada
latihan,” kata ayah.
“Libur latihan tiga hari?” tanya Ranti
girang. Wajahnya kini tampak ceria.
“Tapi ayah harap setelah itu, kamu harus
kembali semangat,” ucap ayah tegas.
“ Terima kasih, yah.”
Ranti memeluk ayah dengan erat.
***
Pulang sekolah siang itu, Ranti berjalan
dengan riang. Langkahnya terasa ringan.
“Aku senang sekali. Akhirnya ayah
mengijinkanku libur latihan renang.” Ranti bercerita pada Meri.
Meri adalah sahabat Ranti sejak TK.
Sebagai sahabat, Meri begitu baik. Dengan sabar mendengarkan keluh kesah Ranti.
Terutama tentang kekesalannya karena setiap hari harus berlatih renang. Tidak
hanya sesekali Meri mendengarkan keluhan Ranti. Bahkan hampir setiap pulang
sekolah. Seperti ayah, Meri selalu menyemangatinya. Ranti sangat menyayangi
Meri.
Minggu siang, Ratih menemani Meri
berkunjung ke rumah kakeknya. Ranti dengan senang hati menerima ajakan Meri.
Rumah kakek tidak terlalu jauh. Hanya dengan satu kali naik angkutan umum saja.
Mereka membawa oleh-oleh jeruk. Buah kesukaan kakek.
“Selamat siang. Apa kabar, kek?” sapa
Ranti sopan.
Kakek mengamati Ranti sejenak, berusaha
mengingat.
“Ranti?” tanya kakek.
“Iya. Senang, deh. Kakek masih ingat.
Padahal, sudah cukup lama Ranti tidak mampir,” ujar Ranti girang.
Kakek jago mendongeng. Banyak
penghargaan yang telah diterima kakek. Bahkan di salah satu sisi tembok ruang
tamu, terdapat foto kakek bersama mendiang pak Raden. Seorang tokoh dongeng
Indonesia. Kakek begitu mengidolakan pak Raden.
Oiya, kakek selalu ada cerita-cerita
seru untuk Meri dan Ranti. Kakek pandai menirukan berbagai macam suara
binatang. Kakek juga ahli mengubah suara. Tokoh-tokoh dalam cerita pun seakan
benar-benar hidup. Ranti selalu terpukau dibuatnya.
“Wow. Kakek hebat,” puji Ranti tulus.
“Kakek bisa seperti ini karena rajin
berlatih. Sejak kecil kakek gemar membaca. Buku yang kakek baca kebanyakan
cerita rakyat dan legenda. Dari membaca buku-buku tersebut, kakek mendapat ide
cerita untuk mendongeng. Setiap hari kakek berlatih. Bahkan hingga saat ini,”
kakek menjelaskan.
“Sampai saat ini kakek masih terus
berlatih?” tanya Ranti kagum.
Kakek tersenyum,”Belajar itu tidak ada
kata tamat. Pak Raden yang sudah sangat hebat saja masih terus berlatih. Begitu
pula dengan kakek. Saat ingin mendalami suatu bidang tertentu, jangan
menjadikannya sebagai beban. Tetapi terus belajar, belajar dan belajar. Agar
kemampuan semakin berkembang,” terang kakek.
Ranti merasa malu pada dirinya. Kakek
yang sudah tua, masih saja semangat berlatih mendongeng. Dalam hati, Ranti
berjanji akan lebih giat lagi berlatih renang.
#OneDayOnePost
#HariKeduabelas
#ToplesAksara
Yippee!!!
rOMa Pakpahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)