Tadi pagi, saya membuka koleksi foto-foto lama. Ingin
bernostalgia sembari mencari inspirasi. Stok di keranjang ide mulai menipis nih.
Hihihihi. Mata saya tertuju pada sebuah foto saya bersama beberapa siswa TK
dimana saya dulu pernah mengajar. Dari wajah mereka terpencar keceriaan. Penuh
senyum khas anak-anak.
Berbicara tentang anak-anak, ada beberapa hal menarik
yang ingin saya bahas. Terkadang sebagai orang dewasa, kita merasa adalah
panutan dari anak-anak. Ternyata dari beberapa sifat dan tingkah pola anak-anak, ada yang
bisa kita jadikan sebagai teladan. Tersirat pelajaran berharga, yang bisa kita
dapatkan dari mereka.
Teman-teman mungkin masih ingat, di masa kecil
seringkali ngotot saat ingin
mendapatkan sesuatu. Apapun cara dilakukan terkadang sampai menangis
berguling-guling di lantai jika orang tua tidak bersedia membelikan mainan yang
sangat diinginkan. Menangis sejadinya hingga orang tua pun akhirnya mengalah
agar si anak menghentikan tangisan. Saya pun pernah melakukannya, lo. Hahahaha.
Malu deh jika mengingat kembali kejadian tersebut. Saat beranjak dewasa, sifat ngotot tersebut mulai luntur. Yang saya
maksud ngotot di sini dalam hal
positif. Contohnya, saat kita ingin promosi jabatan. Coba diingat-ingat kembali
bagaimana ngototnya si anak kecil
berjuang untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Si anak akan terus menangis
sampai mainan kesukaan berhasil mendarat di tangan mungilnya. Begitu juga dengan
kita. Saat ingin promosi jabatan, berusahalah semaksimal mungkin (ngotot) sampai mampu duduk di jabatan
yang kita inginkan. Tentunya dengan cara positif, yaitu memberikan kinerja terbaik. Tidak dengan
menyikut teman. Karena kita bukan anak kecil. Kita sebagai orang dewasa sudah
memiliki kemampuan untuk berpikir dengan baik. Tuhan memberi keistimewaan bagi orang dewasa untuk
membedakan mana hal baik dan mana hal buruk. Ngotot itu ngga salah kok. Tapi ngotot untuk sesuatu yang positif ya.
Salah satu ciri anak cerdas yaitu memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi. Namun seiring bertambahnya usia, rasa ingin tahu tersebut
perlahan mulai luntur. Sekali lagi rasa ingin tahu yang saya bahas adalah rasa
ingin tahu yang positif tentunya. Kepo tidak
termasuk dalam pembahasan, ya. Sebenarnya kepo
timbul karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi, namun orientasinya negatif. Di
jaman serba instan ini, kita terpola hidup santai. Padahal sifat tersebut
sangat merugikan, terutama bagi kita yang sedang mencoba membuka usaha. Jika
tidak memiliki keinginan mempelajari lebih dalam tentang usaha yang sedang digeluti,
dipastikan akan sulit berkembang. Usaha yang diharapkan maju, justru bisa jatuh
bangkrut. Dan kita pun gulung tikar. Kalau sudah begitu bagaimana bisa meraih
sukses. So, tetaplah seperti anak kecil yang memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi. Sehingga kita akan berusaha untuk terus belajar, belajar dan belajar.
Dan satu hal lagi yang bisa dipelajari dari anak
kecil yaitu kejujuran. Kejujuran merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan ini. Namun hal tersebut semakin pudar. Terutama di kota-kota
besar. Saya ingat pada cerita seorang
teman. Suatu ketika, di lingkungan tempat tinggalnya ada kerja bakti yang
diadakan karang taruna. Ups. Teman-teman tahu kan karang taruna? Tetapi karena
malas untuk mengikutinya, ia berpesan pada ponakannya yang masih kecil jika ada yang menanyakan dirinya, “bilang
saja om sedang pergi”. Padahal sebenarnya ia ingin tidur siang. Tak lama
kemudian, datang tim karang taruna dan bertemu dengan si ponakan. Dengan
polosnya si ponakan pun menjawab, “tadi kata om, om lagi pergi.” Hahahaha
ketahuan deh bohongnya *tutup muka*. Ya, anak kecil begitu menjunjung nilai
kejujuran. Orang dewasa tanpa sadar mengajarkan mereka untuk berbohong. Yuk,
kita bangun kembali menara kejujuran yang mulai runtuh. Jangan sampai sifat
jujur hilang dari diri kita. Jangaaaaan!!!
#OneDayOnePost
#HariKetujuh
#ToplesAksara
Yippee!!!
rOMa Pakpahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)